Seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/11/2019) lebih dari 3 juta warga memberikan hak suaranya pada pemilu kali ini. Sesaat setelah pengumuman hasil pemilu, massa anti pemerintah China merayakan kemenangan di beberapa lokasi. Dewan distrik Hong Kong akan mengendalikan sejumlah pengeluaran dan memutuskan masalah publik seperti transportasi. Massa pro demokrasi menilai ini salah satu upaya untuk memangkas pengaruh China di wilayah itu.
Massa Pro Demokrasi (Straitstimes)
Hong Kong menjadi bagian China sejak 1997. Sebelumnya, ia merupakan koloni Inggris. Pusat wisata dan bisnis yang otonom itu dipimpin oleh seorang pemimpin eksekutif dan dewan distrik.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang disebut sebagai pro-Beijing, mengaku menerima hasil tersebut. Ia senang karena proses politik berhasil berjalan damai, serta berjanji akan merenungkan hasil ini.
"Ada banyak analisis dan intepretasi yang mengatakan hasil ini mencerminkan ketidakpuasan publik dengan keadaan saat ini dan adanya masalah mendalam di masyarakat," ujar Carrie Lam.
Melihat hasil pemilu lokal, Lam nampaknya mulai pusing karena suara rakyat yang lebih menginginkan perubahan di Hong Kong. Ia kemungkinan akan berdamai dengan massa dan berjanji akan mendengarkan setiap aspirasi.
"(Pemerintah akan) mendengarkan opini-opini dari kalangan publik dengan rendah hati dan merenung secara serius," lanjutnya.
Hasil pemilu distrik ini juga mengejutkan bagi kubu pemerintah Hong Kong, pasalnya mereka sempat meyakini pemilu ini akan membuktikan bahwa pemerintah lebih populer daripada kubu pro-demokrasi yang berbulan-bulan melakukan aksi protes.
Sebanyak 1.104 caleg bersaing memperebutkan 452 kursi. Dan total 4.1 juta orang DPT untuk memilih anggota dewan distrik yang mengendalikan beberapa pengeluaran dan memutuskan masalah-masalah seperti daur ulang dan kesehatan masyarakat.