Saatnya Lawan HIV/AIDS Lewat Pendidikan Seks di Usia Dini

| 26 Nov 2019 12:35
Saatnya Lawan HIV/AIDS Lewat Pendidikan Seks di Usia Dini
Ilustrasi (Darwin Laganzon/Pixabay )
Bandung, era.id - Penyebaran HIV/AIDS bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada kelompok yang berisiko rendah. Contohnya pada ibu rumah tangga dan anak yang baru lahir. Untuk itu diperlukan pencegahan yang efektif. Salah satunya lewat pendidikan seks atau kesehatan reproduksi sejak dini.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung dr Rosye Arosdiani bilang, pendidikan tentang kesehatan reproduksi bisa mulai dilakukan bertahap pada anak remaja.

"Harus masuk pendidikan seks. Khusus isu HIV dan sipilis itu masuk ke kesehatan reptoduksi," kata Rosye Arosdiani, di sela talkshow Peran Media dalam Program Eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak (Triple Eliminasi) yang digelar Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat, di Bandung, Senin (25/11/2019).

Talkshow Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat, di Bandung. (Iman Herdiana/era.id)

Ia menjelaskan, pencegahan penularan HIV/AIDS masih terkendala stigma di masyarakat. Begitu juga soal seks yang masih dianggap tabu. Situasi sosial ini membuat pencegahan penyakit mematikan tersebut menjadi terkendala. Jadi, pendidikan dinilai akan ampuh mendobrak pemahaman masyarakat yang sudah tertanam selama bertahun-tahun.

Dinas Kesehatan Kota Bandung sendiri, sebut Rosye Arosdiani, sudah mulai mendorong pendidikan kesehatan reproduksi ke sekolah-sekolah. Dengan masuknya pendidikan kesehatan reproduksi, diharapkan ke depan calon-calon orang tua memiliki pemikiran terbuka dan lebih sadar akan pentingnya pencegahan HIV/AIDS.

Salah satu isu yang dibahas dalam diskusi ini juga soal pentingnya tes kesehatan ibu hamil. Hal ini ditermaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 52/2007 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV), Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak.

Permenkes menyatakan, semua ibu hamil wajib melakukan tes sebagai upaya pencegahan dan antisipasi penyakit yang disebut triple eliminasi pada anak.

Sebagai gambaran, Kota Bandung, sebagaimana kota-kota besar di Indonesia, memiliki angka HIV tertinggi dibanding kabupaten/kota di Jawa Barat. Menurut data Dinkes Bandung hingga Januari 2018 , terdapat 2.528 HIV dan 1964 AIDS. Sebanyak 38,08 persen penularan terjadi lewat hubungan seksual 38,08 persen, selebihnya melalui jarum suntik dan lainnya.

Data juga menunjukkan adanya pasangan risiko tinggi 2,9 n pelanggan 5,7 persen. Pelanggan merupakan orang yang menjadi 'konsumen' layanan prostitusi. Kesehatan si pelanggan akan berdampak pada pasangan atau istrinya jika ia sudah menikah. Selanjutnya istri si pelanggan rentan pula tertular triple eliminasi. Jika istri tersebut hamil, maka anak di dalam kandungannya pun menjadi rentan juga.

Karena itulah ibu hamil maupun calon ibu hamil penting mengetahui masalah triple eliminasi seperti yang diatur Permenkes No.52 Tahun 2017. Hanya saja, Rosye Arosdiani mengatakan, jumlah ibu hamil di Kota Bandung yang mau memeriksakan triple eliminasi masih sedikit.

Hal ini tak lepas dari rendahnya pemahaman dan masih adanya stigma di masyarakat. Maka lewat jalur pendidikan seks di usia dini, diharapkan pemahaman masyarakat terdongkrak, dan stigma terhadap HIV/AIDS pun terkikis.

"Harapannya ketika sudah menjadi ibu mereka sudah tidak tabu lagi, bahwa ini memang ada dan terjadi, kita menganjurkan tes ibu hamil tidak untuk mencari kenapa-kenapa tapi berusaha menawarkan bagaimana solusinya," papar dia.

"Ternyata yang tertular HIV itu tidak hanya yang melakukan kegiatan yang berisiko tinggi tapi juga kelompok-kelompok yang menganggap diri risiko rendah juga rupanya bisa mengancam siapa saja."

Tags : hiv/aids
Rekomendasi