Dikatakan Romi, Jokowi pernah meminta masukan kepadanya terkait sosok yang bakal jadi cawapres. Romi pun mengusulkan agar Jokowi menggandeng cawapresnya dari kalangan hijau alias santri.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak, mengatakan Jokowi bakal mempertimbangkan usulan Romi tersebut. Sebab, belakangan Jokowi sering dituding sebagai pemimpin yang anti terhadap kelompok Islam.
"Saya pikir itu cara untuk memperbaiki atau recovery kondisi. Saya kira positif-positif saja, asal tidak sekedar simbolik politik. Namun termanifestasikan dalam kebijakan," kata Dahnil kepada era.id, Jumat (26/1/2018).
Stigma miring itu, kata Dahnil, menjadi koreksi tersendiri untuk Jokowi. Ia juga menilai, kelompok Islam layak untuk dipertimbangkan sebagai lumbung suara di 2019.
"Terlihat sekali Pak Jokowi kesulitan memahami kondisi kebatinan umat, sehingga dia seringkali digambarkan jauh dari umat Islam," ujar dia.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ma'mun Murod Al Barbasy, mengatakan tidak ada yang salah ketika Jokowi memilih cawapresnya dari kalangan santri.
“Dalam konteks dikotomi politik santri-nasionalis, sebenarnya itu sah saja ketika santri berharap jadi wakilnya Pak Jokowi,” tutur Ma’mun.
Santri dalam konteks pencalonan ini, kata Ma'mun, jangan dianggap sosok yang identik dengan pesantren. Akan tetapi, ditarik dari faktor historis. Dalam perjalanannya, santri adalah mereka yang gemar berdebat dan berdiskusi dengan kelompok nasionalis sejak era BPUPKI, PPKI, dan Konstituante.
“Nah, kelompok Islam inilah yang akan dipahami sekarang sebagai kelompok santri. Tidak ada masalah tidak ada larangan bagi mereka untuk ke dunia politik. Santri kan hanya istilah saja, hanya idiom di dalam politik Indonesia saat ini,” paparnya.