Namun, pihaknya tetap mengangkat isu tersebut karena tidak ingin pentas politik nasional hanya dikuasai oleh isu politik kekuasaan yang liberal.
"Dimana media lebih suka melihat sesuatu yang bertarung berhadap-hadapan, meributkan gagasan-gagasan yang bisa memecah belah bangsa. Kami justru melihat bangsa kita sebenarnya lebih butuh gagasan yang menggelorakan kemajuan dan semangat berdikari," kata Hasto dalam rangkaian menuju peringatan HUT ke-47 dan Rakernas I PDIP di Jakarta, Senin (23/12/2019).
PDIP kata dia juga ingin mengajak seluruh rakyat dan politisi nasional berbicara kekuatan dan potensi rempah Indonesia yang bisa menjadi sebuah kekuatan perekonomian bangsa ke depan. "Pengembangan industri terkait rempah-rempahan di Indonesia akan semakin maju lewat riset dan penelitian yang lebih kuat,"
Parpol berlambang banteng ini juga tetap optimis mengangkat isu jalur rempah meski tidak memiliki menteri yang berhubungan dengan perekonomian di jajaran Kabinet Indonesia Maju. Sebuah gagasan besar untuk kemakmuran Indonesia kata dia, tidak diukur dari beberapa menteri PDIP miliki di kabinet, tapi diukur dalam bentuk komitmen untuk membangun kemakmuran.
"Maka kami mengajak untuk outward looking," imbuhnya.
Hasto mengatakan, banyak rempah Indonesia yang bisa menjadi unggulan di dunia, seperti kayu cendana, kayu manis, pala, kapulaga, cengkeh, lada, bahkan vanila.
Berabad-abad lalu kata dia, Indonesia menjadi bangsa penyuplai rempah ke seluruh dunia, dari catatan sejarah jalur perjalanan rempah tersebut tercatat sampai ke Eropa, Amerika dan Asia Timur.
Namun, belakangan Indonesia kehilangan kekuatannya dalam komoditas rempah-rempah, dan hal itu menurut dia perlu dihidupkan kembali agar bangsa ini benar-benar berdikari.
"Ibu Megawati Soekarnoputri memberikan petunjuk tentang arah masa depan bangsa dan negara yang bertumpu pada apa yang kita punya untuk kita kelola, olah dan kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya," ujarnya.
Sejarawan Rempah asal Universitas Padjajaran, Fadly Rahman, mengingatkan besarnya potensi industri rempah. Sejak jaman dahulu, kata dia, rempah bagi orang Eropa sangat penting untuk kepentingan media dan revolusi kuliner mereka. Makanya rempah menjadi awal mula kolonialisme Eropa ke berbagai penjuru dunia.
Fadly mengatakan, bagi Indonesia sendiri rempah-rempah adalah bagian dari sejarah, tradisi, dan identitas bangsa yang perlu untuk dijaga serta dilestarikan biodiversitas. Termasuk pelestarian pemanfaatannya.
"Pemerintah seharusnya membuat program yang menyebarkan pengetahuan rempah-rempah melalui sarana-sarana seperti museum atau pelaku pameran bisa digandeng untuk melaksanakannya," kata Fadly.
Perlu juga dilakukan program edukasi terpadu di sektor pendidikan dan publik terkait pembudidayaan rempah-rempah dan pemanfaatn praktisnya untuk kesehatan dan kuliner.
Di sisi petani, Pemerintah perlu memberi perharian kepada pemberdayaan langsung dan perhatian khusus terhadap pasar rempah.
"Plus program pemberdayaan sektor industri rempah yang ditujukan untuk menjaga keberlangsungan biodiversitas ekosistem rempah. Jangan lupa juga harus dilakukan pengembangan wisata berbasis rempah-rempah," pungkas Fadly.