Saat menyampaikan keterangan kepada media pada Senin (16/3), Tedros mengatakan kalau penerapan pembatasan interaksi sosial langsung seperti peliburan sekolah, kegiatan perkantoran, dan pembatalan kegiatan olahraga untuk mengendalikan penularan COVID-19 belakangan meningkat.
"Tindakan pembatasan sosial dapat membantu mengurangi penularan dan memungkinkan sistem kesehatan untuk mengatasinya. Cuci tangan dan menutup mulut menggunakan siku saat batuk bisa mengurangi risiko diri sendiri dan orang lain. Tapi itu saja tidak cukup untuk menumpas pandemi ini," kata Tedros seperti dilansir Straits Times, Selasa (17/3/2020).
Cara paling efektif untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan jiwa adalah memutus rantai penularan. Makanya, dia menyarankan kalau pemeriksaan dan karantina harus dilakukan.
"Anda tidak bisa melawan api dengan mata tertutup. Dan kita tidak bisa menghentikan pandemi ini jika kita tidak tahu siapa yang terinfeksi. Kami punya pesan sederhana untuk semua negara: tes, tes, tes. Periksa setiap kasus yang dicurigai (COVID-19)," lanjut Tedros.
WHO merekomendasikan pemeriksaan dilakukan pada orang-orang yang berhubungan dengan orang yang diketahui positif COVID-19 yang menunjukkan gejala serupa infeksi virus korona. "Kalau hasil tes positif, isolasi mereka dan temukan siapa yang pernah berhubungan dekat dengannya sampai dua hari sebelum gejala berkembang, dan periksa orang-orang itu juga," katanya.
Badan kesehatan dunia sudah mengirimkan hampir 1,5 juta perangkat pemeriksaan ke 120 negara dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan ketersediaan perangkat pemeriksaan ke negara-negara yang paling membutuhkan.
WHO menyarankan seluruh pasien yang dikonfirmasi terserang COVID-19, termasuk yang menunjukkan gejala ringan, diisolasi di fasilitas kesehatan untuk mencegah penularan.