Rumor Kim Heechul Homo dan Fakta Korsel sebagai Rumah Tak Layak LGBTQ

| 15 Apr 2020 12:41
Rumor Kim Heechul Homo dan Fakta Korsel sebagai Rumah Tak Layak LGBTQ
Festival Queer di Incheon, Korea Selatan. (Foto: Twitter @koryodynasty)
Jakarta, era.id - Personel Super Junior, Kim Heechul menjadi salah satu selebritas Korea Selatan yang mendapatkan isu tak sedap. Dia diisukan gay atau penyuka sesama jenis sejak debutnya bersama Super Junior tahun 2006.

Baru-baru ini, dia diundang ke salah satu acara televisi program JTBC "7.7 Billion in Love". Dalam acara itu, sang pemandu acara membawakan topik tentang hak asasi manusia untuk minoritas seksual di luar Korea Selatan. Di kesempatan itu juga, kekasih dari Momo TWICE ini mengungkap alasannya yang enggan membantah isu gay kepada dirinya.

"Saya yakin semua orang tahu tentang ini. Saya memiliki rumor gay sejak saya debut. Saya juga punya skandal dengan selebritas pria," kata Heechul seperti dilansir dari Naver, Selasa (14/4).

Isu gay ini, menurut Heechul, bermula saat dirinya kerap memiliki rambut panjang dan lensa berwarna. Kesalahpahaman itu pun berlanjut dan banyak orang yang menyangka dia penyuka sesama jenis. Terlebih, sebelum pacaran dengan Momo TWICE, Heechul tak pernah dikabarkan mengencani siapa pun.

Baca Juga : Angka Homoseksual Tinggi, Istri di Bekasi Jadi Was-Was

Awalnya, pria berusia 36 tahun ini sangat ingin membantah rumor tersebut. Tapi banyak pertimbangan yang akhirnya enggak pernah dilakukan. Lewat program "7.7 Billion in Love" ini lah dia akhirnya berbicara untuk pertama kalinya.

"Awalnya saya ingin menyangkalnya dan mengatakan bahwa saya bukan homoseksual. Namun, saya merasa bahwa jika saya melakukannya, saya bisa dianggap tidak menghormati minoritas seksual. Baik itu di luar negeri atau di Korea. Mungkin ada orang gay di antara penggemar pria di konser kami, dan saya pikir saya akan merasa sangat menyesal jika melakukan itu ke mereka," lanjut Heechul.

Baca Juga : Serangan Homofobia di London: Dipaksa Berhubungan Seks dalam Bus

Hal ini juga dibenarkan oleh Hong Seokcheon, pemandu acara. Menurutnya masih banyak stigma negatif dan diskriminasi di Korea Selatan. Dia berharap kedepannya tak ada lagi stereotip atau prasangka seperti itu.

Bukan rumah yang nyaman bagi Komunitas LGBTQ

Komunitas LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer) di Korea Selatan memang kurang mendapat dukungan, baik dari masyarakat maupun pemerintah Korea Selatan. Diskriminasi, diasingkan, hingga diisolasi. Itu lah yang terjadi pada komunitas LGBTQ di Korea Selatan.

Bahkan Korea Selatan menjadi negara tertinggal dibandingkan negara Asia lainnya soal masalah ini. Taiwan misalnya, negara ini tercatat sebagai negara Asia pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Kemudian Jepang, yang memilih anggota parlemen gay pertama secara terbuka.

Banyak komunitas LGBTQ di Korea Selatan memilih untuk 'bersembunyi' agar tidak mendapat diskriminasi. Menurut laporan BBC yang diterbitkan tahun 2019, seorang pria bernama Park (bukan nama sebanarnya) dipecat dari kantornya karena ada pihak yang membocorkan seksualitasnya. Bukan cuma itu, orang tuanya bahkan mengusir dia dari rumah.

Menurut catatan Komisi HAM Nasional Korea Selatan, sebanyak 92 persen kelompok LGBTQ dikhawatirkan menjadi sasaran kebencian. Bahkan sebuah survei yang dilakukan kepada remaja di bawah usia 18 tahun di komunitas LGBTQ mencoba bunuh diri dan hampir dari setengah remaja itu pernah melukai dirinya sendiri. 

Baca Juga : Fenomena Crosshijaber dari Sudut Pandang Waria

Berbagai upaya dan pengajuan pengesahan Undang-Undang Anti-Diskriminasi pun tak kunjung disahkan. Sudah hampir 10 tahun hal itu tak bisa terealisasi. Lima kali kalah suara dalam sidang DPR Korea Selatan.

Lalu, siapa oknum di balik ini semua? Mereka adalah kelompok fundamentalisme kristen di Korea Selatan. Mereka pula yang mendominasi sistem politik negara demokrasi. Padahal, masyarakat Korea Selatan secara umum tak terlalu religius. 

Tapi kelompok kristen konservatif ini memiliki kekuatan dan bisa memengaruhi pemerintah dengan agenda mereka. Isu moralitas nasional yang terancam misalnya. 

 

Baca Juga : Membangun dan Membunuh Cinta di Balik Jeruji

Komunitas LGBTQ sempat mengadakan Festival Queer di Incheon, Korea Selatan pada September 2019. Tapi beragam penolakan dari kelompok konservatif itu terang-terangan dilakukan. 

Spanduk bertuliskan 'TIDAK untuk homoseksual' dan 'YA untuk cinta sejati' meramikan festival kaum minoritas itu. Bagi kelompok konservatif Kristen di Korea Selatan, homoseksual adalah penyakit yang bisa merusak negara. 

Tags : lgbt
Rekomendasi