Potret paru-parunya tampak berwarna cokelat dan kuning. Northwestern Hospital menyatakan paru-paru wanita tersebut mengalami kerusakan parah karena korona sehingga sulit ditangani.
Kepala bedah toraks dan direktur bedah Northwestern Medicine of Chicago, dokter Ankit Bharat mengatakan transplantasi organ bisa jadi solusi bagi penderita yang paru-parunya rusak akibat COVID-19.
"Ini adalah salah satu transplantasi terberat yang pernah saya lakukan. Ini benar-benar salah satu kasus yang paling menantang," kata Dr. Bharat seperti dikutip dari CNN, Jumat (26/6/2020).
Pasien yang identitasnya dirahasiakan, menggunakan pengobatan imunosupresan untuk kondisi sebelumnya ketika ia terkena virus korona. Akibatnya, obat tersebut membuat paru-parunya rusak.
"Wanita itu menghabiskan hanya dua hari di daftar tunggu sebelum donor paru-paru yang tepat ditemukan," sambungnya.
Ternyata hanya sebagian kecil paru-paru donor memenuhi standar untuk transplantasi. "Kami adalah salah satu sistem kesehatan pertama yang berhasil melakukan transplantasi paru-paru pada pasien yang pulih dari COVID-19," ucapnya.
Sebelumnya, tim Ahli Bedah di Austria pada 26 Mei telah mengeksekusi transplantasi paru-paru yang pertama di dunia pada seorang pasien yang sangat terpukul oleh infeksi virus korona baru.