Pasalnya, jumlah data yang bocor tidak seberapa dibanding pengguna Facebook di Indonesia, atau jumlah penduduk Indonesia. Meski begitu, jumlah kebocoran data tersebut sangat dimungkinkan digunakan untuk kontestasi politik yang lebih kecil dari Pilpres yakni Pilkada.
"(Bocornya) 1,3 juta data ini mungkin kelasnya bukan Pilpres, tapi Pilkada," kata Staf Ahli Menkominfo Bidang Hukum, Henri Subiakto, dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/4/2018).
Untuk itu, kata Henri, masyarakat Indonesia diminta untuk berhati-hati terhadap data digitalnya di dunia maya. Di samping mengandalkan peran pemerintah, pihak berwajib harus bisa menghindarkan kebocoran data Facebook untuk kepentingan politik.
Baca Juga : Data Facebook Bocor, Kominfo Kasih Hukuman
Baca Juga : Ternyata Data Pengguna Facebook Indonesia Ikut Bocor
"Untuk ke depannya harus secara cepat harus kita tanggulangi. Pada pilkada dan pemilu jangan sampai ada kepentingan pihak-pihak yang kemudian menciderai demokrasi ini," ujar dia.
Untuk mengantisipasi hal itu, Henri mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan kepolisian dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Hal ini bertujuan untuk menciptakan pilkada dan pemilu yang demokratis.
“Kerja sama terus kita sama polisi dengan Bawaslu supaya pilpres atau pilkada bermartabat dan dilaksanakan secara demokratis, tidak menggunakan cara-cara yang gelap dan melanggar etika secara hukum,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Teknologi Facebook Mike Schroepfer menyebut ada 87 juta data pengguna Facebook yang bocor ke Cambridge Analytica, sebuah lembaga riset di Inggris. Pengguna Facebook asal Indonesia menyumbang angka setidaknya 1,3 juta pengguna atas kebocoran data tersebut.
Jumlah tersebut, menempatkan Indonesia di posisi ketiga data pengguna Facebook yang bocor. Di urutan pertama, Amerika Serikat dengan kebocoran data 70,6 juta pengguna Facebook, menyusul selanjutnya Filipina dengan kebocoran data 1,1 juta pengguna Facebook. Di Amerika, kebocoran data tersebut dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang berkepentingan dalam Pilpres 2016.