Jazilul menyebut, PPP tidak akan lolos parliamentary threshold atau ambang batas parlemen di 2019 karena angkanya hanya 4 persen.
"Pak Romi saat ini karena enggak ada cara lain kecuali bersama Jokowi. Kalau enggak bubar itu PPP. Bisa bubar itu," kata Jazilul di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Baca Juga : PDIP Bahas Cawapres di Markas PPP
Untuk itu, lanjut Jazilul, Romi melakukan berbagai upaya agar partainya tetap eksis hingga pesta demokrasi 2019 mendatang. Meski begitu, PKB berharap sebagai sesama partai berbasis Islam, PPP tidak bubar. Apalagi, PPP jauh lebih dulu lahir dibanding PKB.
"PKB enggak ingin PPP bubar, maka apapun yang dilakukan Pak Romi, PKB tetap support supaya PPP tidak bubar," ujarnya.
Hitung-hitungan suara parpol. (Infografis/era.id)
Baca Juga : PPP yang Tak Mau Tinggalkan Jokowi
Menurut Jazilul, kedekatan PPP dengan Presiden terbilang telat. Sebab, PPP baru masuk ke pemerintahan Jokowi di tengah jalan atau usai Jokowi telah resmi menjabat sebagai presiden.
Jazilul menilai, hal tersebut berbanding terbalik dengan PKB yang sejak awal masa kampanye 2014 telah mendukung Jokowi, di saat belum ada satu pun partai berbasis Islam yang mendukung Jokowi.
"Jadi tentu kita flashback dulu ya. Satu-satunya partai yang berbasis Islam dukung Pak Jokowi saat itu hanya PKB dan semua tahu. PPP kan belakangan. Namanya orang belakangan ikut yang didepan kan gitu," kata dia.
(Ilustrasi: era.id)
Tak terima dengan tudingan PKB, Sekjen PPP Arsul Sani menyarankan PKB fokus untuk memenangkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, sebagai calon wakil presiden yang akan dipilih Jokowi.
"Pak Jazilul kayak dukun aja, yang bisa memprediksi bubar atau tidak itu suatu partai itu yah. Pak Jazilul mending fokus perjuangkan Cak Imin lah," katanya.
"Dari pada susuh-susah memprediksi PPP mending menyiapkan diri untuk bahagia kalau Cak Imin (dipilih), mempersiapkan diri kalau tidak dipilih. Kan katanya patah hati kalau tidak dipilih," tegasnya.