ERA.id - Dosen ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Ade Armando angkat bicara soal alasan orang Minang membenci Presiden Jokowi.
Merujuk pada survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tingkat kepuasan etnis Minang terhadap kinerja Jokowi-Ma'ruf paling rendah dibanding etnis lainnya yakni hanya 19 persen.
Hal ini jauh dibanding suku-suku lainnya, misalnya Jawa yang 78 persen warganya menyatakan puas dengan kinerja Jokowi, warga Batak 84 persen, 65 persen warga Sunda, 63 persen warga Betawi, dan 58 persen warga Madura puas dengan kinerja Jokowi.
Menurut Ade ada tiga alasan yang membuat warga Minang membenci Jokowi. Pertama soal sejarah. Jokowi didukung oleh PDI Perjuangan yang notabene penjelmaan Partai Nasional Indonesia (PNI) di bawah Soekarno.
"Masalahnya warga Sumatera Barat masih memiliki dendam atas apa yang dilakukan Presiden Soekarno di era demokrasi terpimpin," kata Ade Armando dalam tayangan di kanal YouTube Cokro TV, dikutip ERA.id, Selasa (28/12/2021).
Ade menjelaskan bahwa Soekarno dianggap sebagai pemimpin Jawa yang menindah Sumatera Barat. Penindasan inilah yang kemudian melahirkan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat yang akhirnya dihabisi secara brutal oleh pasukan militer dari Jawa.
"Jadi orang Minang membenci Jokowi bukan karena Jokowi jahat dan buruk, tapi karena dia dianggap sebagai suruhan Megawati yang adalah anak Soekarno yang dianggap sebagai musuh bebuyutan
Sumatera Barat," kata Ade.
Alasan kedua mengapa warga Minang membenci Jokowi adalah latar belakang partainya yakni PDI Perjuangan. Menurut Ade, PDIP dicap sebagai partai Kristen dan komunis yang hal itu jelas mengada-ada.
PDI Perjuangan sendiri merupakan partai yang terbentuk pada tahun 1973 dan merupakan gabungan dari PNI, Partai Murba, IPKI, Partai Kristen Indonesia, dan Partai Katolik.
"Masalahnya kala ada elemen Kristen, Katolik dalam PDIP, lantas kenapa? Apakah orang Minang sedemikian terbelakang sehingga membenci umat
Kristen dan Katolik," kata Ade.
"Apakah orang Minang yang rasis, dan rasisme inilah yang menyebabkan mereka menjadi anti-Jokowi," lanjut dia.
Penjelasan terakhir kenapa warga Minang membenci Jokowi, kata Ade, terkait sudah menguatnya kaum Islamis Radikalis Sumatera Barat.
Ia menyebut bahwa saat ini Sumatera Barat adalah salah satu basis suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sudah dua periode gubernur Sumatera Barat dipegang PKS. Dengan demikian kebencian terhadap Jokowi ini terjadi bisa jadi karena kader-kader PKS berhasil memanas-manasi
orang Minang untuk membenci Jokowi.
Jokowi digambarkan sebagai anti-syariah, sementara Sumatera Barat sebenarnya sedang berusaha meniru jejak Aceh untuk menjadi provinsi yang menegakkan Syariah.
"Jokowi digambarkan sebagai orang Islam abangan yang sebenarnya tidak peduli pada agama Islam dan dikelilingi oleh orang-orang liberal anti-Islam," ujar dia.
"Saya sendiri tidak tahu persis mana yang paling logis. Yang jelas walau saya orang Minang saya tidak pernah paham mengapa orang Minang sedemikian membenci Jokowi," kata Ade.