'Covid-19 Selalu Naik Jelang Puasa dan Lebaran, Kok Pas Natal Aman', Ade Armando: Emang Pemerintah Bisa Atur Jadwal COVID-19?

| 10 Feb 2022 16:50
'Covid-19 Selalu Naik Jelang Puasa dan Lebaran, Kok Pas Natal Aman', Ade Armando: Emang Pemerintah Bisa Atur Jadwal COVID-19?
Ade Armando. (Foto: Antara)

ERA.id - Akademisi Universitas Indonesia (UI) sekaligus pegiat media sosial, Ade Armando menanggapi pernyataan sejumlah pihak yang mengklaim bahwa kasus COVID-19 selalu melonjak jelang hari raya umat Islam.

Lewat akun Twitter pribadinya, Ade Armando mengunggah sebuah video dari 'Pergerakan Indonesia untuk Semua' yang membantah narasi bahwa COVID-19 hanya naik jelang Hari Raya Islam.

"COVID-19 selalu naik menjelang hari raya Islam. Mereka bilang kok menjelang Natal aman, menjelang Imlek aman, menjelang Waisak aman, menjelang Nyepi juga aman. Tapi tiba-tiba menjelang puasa meningkat merah, Idulfitri meningkat hitam, iduladha meningkat lagi. Woy..Emang pemerintah bisa atur jadwal COVID-19," bunyi narasi pada video tersebut.

Ade lantas menanggapi tertawa dengan menanyakan apakah pemerintah bisa mengatur jadwal COVID-19 seperti yang dinarasikan sejumlah netizen.

"Hehehe. Emang bisa ya pemerintah ngatur jadwal Covid?" cuit Ade, dilihat ERA, Kamis (10/2/2022).

Sebelumnya, beberapa netizen menyoroti pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada 16 Januari 2022.

Ia mengatakan telah melaporkan kepada Presiden Jokowi bahwa sejumlah negara sudah mencapai puncak kasus Omicron. Berkaca dari sejumlah negara, puncak kasus Omicron terjadi 35-65 hari sejak terjadinya lonjakan.

"Nah, 35 hari hingga 65 hari setelah terjadi lonjakan yang cepat dan tinggi. Itu yang memang harus diperbarui ke masyarakat. Di negara-negara tersebut, hospitalisasi berkisar 30 persen hingga 40 persen dari hospitalisasi Delta. Jadi, meski lonjakan kasus tinggi, penularannya lebih cepat, tapi hospitalisasinya lebih rendah," ujar Budi.

Menanggapi itu, beberapa netizen di antaranya akun Twitter @AlbarraBack mempertanyakan mengapa selain hari raya Islam PPKM ditiadakan.

Kemudian jelang puasa dan lebaran, virus COVID-19 kembali menggila.

"Ibadah (hari raya selain Islam) ppkm saat nataru di tiadakan. Awal pandemi pun muncul saat jelang puasa & naik pas lebaran. Itu virus muncul knp di hari raya umat Islam doang !? Hey covid lu virus ato iblis !?" kata dia.

Level PPKM Tak Berkaitan dengan Perayaan Agama tertentu

Sementara itu, Kantor Staf Presiden membantah bahwa pengetatan level PPKM berkaitan dengan momentum perayaan agama tertentu

Ia menjelaskan level PPKM selalu mengacu pada data, kajian para pakar, dan asesmen situasi COVID-19 di setiap daerah.

Indikator yang digunakan dalam penentuan level PPKM tiap daerah mengacu pada rekomendasi pakar dan WHO, seperti angka kasus, angka testing, tracing, bed, vaksin, dan lain-lain.

Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk tidak termakan isu-isu miring yang mengkaitkan level PPKM dengan kegiatan keagamaan.

"Sekarang adalah momentum kita untuk bersatu dan bergotong royong menghadapi gelombang Omicron," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo, di gedung Bina Graha Jakarta, Kamis (10/2/2022).

Kami juga pernah menulis soal Ramalan Puan Maharani: Mungkin Terjadi Peningkatan Omicron Pekan Kedua-Ketiga Fabruari Kamu bisa baca di sini

Kalo kamu tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya!

 

Rekomendasi