ERA.id - Keluarga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan istrinya Atalia Praratya tiga minggu terakhir disorot oleh media massa. Nama mereka pun terus disebut di mana-mana. Hal itu sebab anak mereka, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril, meninggal dunia terseret arus sungai Aare, Swiss, di akhir bulan Mei kemarin.
Mungkin saja publik hanya mengetahui Atalia Praratya sebagai istri Ridwan Kamil sekaligus ibu dari Eril, tetapi bila berselancar di Goodreads, ternyata Atalia adalah seorang penulis buku.
Ia sudah menulis dua buku. Pertama pada tahun 2016 dengan judul 89 Cara Bahagia ala Atalia, yang kedua Laki-Laki ke-42 terbit tahun 2021. Dua buku tersebut diterbitkan oleh penerbit besar Tanah Air, yakni Gramedia Pustaka Utama.
Menjadi pertanyaan, apa yang dipraktikkan oleh Atalia saat mendidik anak-anaknya, khususnya Eril sehingga seantero negeri begitu merasa kehilangan atas kepergiaan anak sulungnya itu?
Membaca bukunya, 89 Cara Bahagia ala Atalia, Atalia berbagi kebahagian bagaimana semestinya sikap seorang ibu kepada anaknya.
Inilah beberapa cara Atalia menjadi seorang ibu dan mendidik anak-anaknya.
Aku Bangga dan Bahagia Bertugas sebagai Seorang Ibu
Menjadi seorang ibu tidak mudah, ada sisi kreatif, inovatif, solutif, dan komunikatif yang mesti dikeluarkan agar tidak muda pusing menghadapi pekerjaan yang bejibun. Tidak saja pebisnis yang kreatif, seorang ibu pun harus kreatif di ruang kerjanya, yaitu di rumah.
“Kalau seorang ibu tidak inovatif, pasti anak-anak bosan diam di rumah,” tulis Atalia di halaman 43, “Kalau seorang tidak solutif, pasti dia langsung stres saat ada masalah.”
Sesibuk apa pun, Keluarga Tetap Nomor Satu
Membagi waktu di era sekarang sungguh tidak mudah. Ada banyak waktu yang terbuang percuma. Berniat hanya membuka media sosial sebentar, tahunya hingga berjam-jam.
Seni manajemen tidak mudah. Namun, menurut Atalia, bila keluarga dijadikan nomor satu, maka sesibuk apa pun seorang, pasti akan meluangkan waktunya untuk mengurusi keluarga dan anak-anak.
“Kalau anak minta makan, suapi dulu sebelum main internet. Kalau suami minta kopi, siapkan dulu sebelum berangkat kerja,” begitu menurut Atalia.
Quality Time Membangun Karakter Anak
Waktu sangat terbatas, sedangkan urusan begitu banyak. Anak-anak mesti dijaga dengan kualitas waktu yang baik. Menurut Atalia, usia mereka terus bertambah dan kelak tak ada lagi waktu bersama-sama ketika mereka sudah sibuk dengan dunia sendiri.
Saran dari Atalia bahwa (1) nikmatilah kebersamaan tanpa omelan, amarah, atau kejengkelan. (2) Luangkan waktu bersama mereka tanpa aktivitas lain, tanpa tenggat pekerjaan, tanpa gawai. (3) Bangunlah waktu berkualitas bersama mereka sebab kebersamaan dapat membangun karakternya.
Doa Ibu akan Menyelamatkan Anak
Ketika Eril belum ditemukan, doa-doa Atalia terus menghampiri warganet lewat status-statusnya di media sosial. Itu doa yang terlihat, bagaimana doa yang diam, hanya dia yang lakukan? Dalam buku ini, di bagian ini, itu semua terjawab.
Atalia hanya terus berdoa bila memikirkan anaknya, menghadapi kegelisahannya. Atalia menulis ketika gelisah karena perilaku anak, tengadahkan tangan. Ketika ibu sedih karena anak jatuh sakit, tengadahkan tangan.
Sebab, menurutnya, tidak ada daya dan upaya dari seorang ibu selain doa yang terus-menerus diberikan untuk sang buah hati.
“Doakan mereka di setiap langkahnya, setiap ucapnya, dan setiap mimpinya sebab doa ibulah yang akan senantiasa menolong dan menyelamatkannya.”
Membaca buku ini menyadarkan banyak hal bahwa kecintaan ibu kepada anaknya begitu besar. Dan menengok lagi kepada Eril, dalam kematiaanya tidak saja Atalia yang mendoakannya, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia, wabilkhusus ibu-ibu di Indonesia.