17 Pegawai Kementan Positif COVID-19, Apa Kabar Kalung Antivirus Corona?
ERA.id - Sejumlah pegawai di lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dinyatakan positif terpapar COVID-19, berdasarkan hasil uji swab yang telah dilakukan.
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementan pun melakukan karantina wilayah atau lockdown di Gedung C Lantai 6-9 selama tiga hari pada 24--26 Agustus 2019 untuk dilakukan disinfeksi di seluruh ruangan.
"Gedung C Lantai 6-9 dilakukan lockdown untuk dilakukan desinfeksi pada seluruh ruangan dan mobil jemputan Ditjen PKH serta seluruh pegawai untuk dilakukan swab guna diuji PCR," tulis Plt. Sesditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan dalam surat edaran Minggu (23/8).
Dalam surat edaran tersebut, tercatat 17 orang pegawai Ditjen PKH terkonfirmasi positif COVID-19, berdasarkan hasil uji swab (PCR) yang tersebar pada semua lantai.
Pegawai yang dinyatakan positif telah dan akan dilakukan isolasi mandiri dan penanganan lainnya sesuai tingkat keparahan penyakit. Pengawai juga diminta untuk melaporkan perkembangan penyakitnya setiap hari kepada atasan langsung dan atasan langsung melaporkan ke Plt. Sesditjen PKH.
Selama karantina wilayah, seluruh pegawai Kementan menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home/WFH) dan wajib melaporkannya sesuai Surat Edaran selumnya terkait WFH.
Sementara itu, pegawai yang dinyatakan negatif COVID-19 berdasarkan hasil PCR, dapat melakukan kegiatan pertemuan di luar kantor atau dinas luar kantor dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat.
Padahal, sebelumnya, Kementan merilis produk antivirus korona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) yang dikemas dalam bentuk kalung dan hirup atau inhaler.
Kalung itu sendiri, disebut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo adalah hasil penelitian Balitbangtan dari olahan eucalyptus, pohon kayu putih.
Dari 700 jenis, satu yang dianggap bisa mematikan virus korona itu adalah hasil dari lab Kementan. Ia meyakini, hasil lab pihaknya untuk antivirus. "Kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, awal Juli lalu.
Syahrul mengatakan, jika kalung 'antivirus' ini dipakai selama 15 menit, maka bisa membunuh 42 persen virus korona. Produk lain dari minyak atsiri yang dikembangkan Balitbangtan, juga ada yang dikemas dalam bentuk roll on.
"Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen. Ini ada roll-nya. Kalau kita kena iris pisau, berdarah, kasih ini bisa tertutup lukanya," terang Syahrul.
Kalung tersebut pun selalu menggelayut di dada pria yang akrab disapa SYL itu kemana-mana termasuk saat rapat dengar pendapat dengan DPR.
Anggota dewan pun menkritik kalung tersebut karena belum teruji klinis dan empiris mampu melawan virus korona baru. Anggota Komisi IV Mindo Sianipar meminta agar Syahrul tak menggenakan kalung antivirus korona di depan publik.
"Kalau bapak pakai itu sekarang, itu mohon televisi jangan di shoot itu. Nanti masyarakat jadi berlomba-lomba memakai itu, karena menterinya pakai itu. Padahal belum tahu kita ini, jadi jangan dulu lah yang begituan itu," kata Mindo di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/7).
Bahkan, politisi PDIP itu menilai sebaiknya Kementan tidak perlu menyampaikan ke publik mengenai kalung aromaterapi tersebut.
"Bapak nanti buat statement nanti di-bully, seperti sekarang ini bapak mendapatkan informasi dari staf bapak, apa itu kalung antivirus itu. Maaf nih teman-teman dari Balitbangtan harus lebih selektif lah menyampaikan itu," ujarnya.
Mindo mengkritik kalung Eucalyptus tersebut. Dia tidak yakin mampu menjadi produk yang dapat membunuh virus korona.
"Secara teknologi, tidak yakin saya itu pak, teknologi antivirusnya itu. Apa yang disebarkannya, panjang gelombang berapa, yang bisa merusak sel dari virus itu," pungkasnya.
Jadi, apakah kalung tersebut mampu melindungi pegawai Kementan dari COVID-19?