Sejarah dan Makna Jubah Bisht, Pakaian yang Kental dengan Budaya Arab

| 19 Dec 2022 19:03
Sejarah dan Makna Jubah Bisht, Pakaian yang Kental dengan Budaya Arab
Lionel Messi saat mengenakan jubah bisht (Twitter)

ERA.id - Bisht adalah jubah panjang tradisional Arab yang dikenakan pria yang biasanya terbuat dari wol dan berwarna putih, krem, cokelat, abu-abu, hingga hitam. Lantas bagaimana sejarah dan makna jubah bisht?

Dilansir dari arabnews.com, kata “bisht” berasal dari bahasa Persia yang berarti berjalan di punggung. Awalnya bisht dipakai di musim dingin oleh suku Badui namun sekarang hanya dipakai untuk acara-acara khusus seperti pernikahan, festival, wisuda dan lebaran.

Bisht telah menjadi pilihan pakaian formal bagi para politisi, ulama, dan individu berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak, dan negara-negara di utara Arab Saudi.

Jubah bisht adalah pakaian tradisional yang dimaksudkan untuk membedakan status sosial seseorang. Selain itu, menjahit bisht merupakan keterampilan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Sejarah Jubah Bisht

Jubah bisht yang biasa dikenakan keluarga bangsawan terbuat dari lapisan emas asli (Twitter)

Abu Salem, seorang penjahit Saudi dari Al-Ahsa, berkata, “Bishts pertama kali dijahit di Persia. Orang Saudi diperkenalkan kepada mereka (perajin bisht) ketika penjual bisht datang ke sini untuk haji atau umrah.”

Daerah Al-Ahsa di Provinsi Timur telah menjadi rumah bagi penjahit bisht terbaik selama lebih dari 200 tahun dan produsen terkemuka di negara-negara Teluk sejak 1940.

Beberapa keluarga di Al-Ahsa mewarisi keahlian nenek moyang mereka dan terus membuat bisht atas nama keluarga mereka. Di sana, Anda dapat menemukan bisht yang disebut Al-Qattan, Al-Kharas, Al-Mahdi atau Al-Bagli.

Terdapat tiga jenis bordir digunakan dalam pembuatan bisht: jahitan emas, jahitan perak dan jahitan sutra. Selain itu, benang jubah bisht disebut zari dengan warna emas dan perak yang sangat umum.

“Bishts hitam dengan jahitan emas adalah yang paling populer, setelah krem dan putih,” kata Abu Salem.

“Pada awal 90-an warna baru diperkenalkan ke pasar bisht. Biru, abu-abu dan merah marun kebanyakan dikenakan oleh generasi muda. Generasi yang lebih tua tetap berpegang pada warna hitam, coklat dan krem ​​tradisional, ”tambahnya.

Berapa Harga Jubah Bisht?

Harga jubah bisht pun bervariasi Mulai dari Rp400 ribu hingga Rp80 juta tergantung pada kain, jahitan, warna dan gaya. Yang paling mahal adalah Royal bisht yang dirancang khusus untuk pangeran, politisi, dan orang kaya.

“Orang-orang ini biasanya memilih warna hitam, madu, krem, dan krim untuk bisht mereka,” kata Abu Salem. “Mereka selalu buatan tangan dan menggunakan benang emas atau perak dan terkadang kombinasi keduanya,” tambahnya.

Abu Salem berkata, “Ada dua jenis zari, yang asli adalah sutra atau benang kapas yang dilapisi dengan emas atau perak murni, dan imitasi dimana benangnya dilapisi dengan kawat tembaga berlapis perak. Setiap penjahit memiliki desain zari khasnya sendiri.”

Ada tiga desain bisht utama dari jubah bisht, yaitu Darbeyah, Mekasar dan Tarkeeb. Darbeyah adalah buatan tangan dengan sulaman zari asli dan pola tradisional serta gaya persegi dan longgar.

Kemudian mekasar juga dikenal sebagai Gasbi, memiliki sulaman sutra di sepanjang tepi kainnya.

“Tarkeeb berarti pas dan hadir dengan desain Darbeyah dengan sulaman zari emas pada kain bisht yang disesuaikan,” kata Abu Salem.

Hingga ditemukannya mesin jahit, bisht asli tetap dijahit dengan tangan. “Saat ini sebagian besar bisht dibuat dengan mesin tetapi beberapa orang lebih memilih buatan tangan karena detailnya yang lebih halus,” katanya.

Abu Salem berkata, “Menjahit bisht Hasawi adalah seni yang membutuhkan ketelitian dan keterampilan. Sulaman emas membutuhkan kesabaran dan memakan waktu berjam-jam. Lamanya waktu tergantung pada gaya dan desain. Membuat salah satu bisht ini dengan tangan bisa memakan waktu 80 hingga 120 jam dan empat penjahit, masing-masing dengan satu tugas khusus.”

Hasawi, khusus Al-Ahsa adalah bisht yang paling mahal dengan bahan menggunakan bulu unta, lama, atau wol kambing dengan sulaman emas di kerah dan lengan.

Secara tradisional, bisht memiliki dua lengan tetapi dapat dikenakan hanya dengan satu tangan melalui lengan dan tangan lainnya dililitkan secara longgar dan diselipkan ke samping.

Selain sejarah jubah bisht, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu ingin tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman

Rekomendasi