ERA.id - Bali adalah salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Selain wisata alam, Bali juga menawarkan wisata budaya dan agama (terutama agama Hindu). Namun, wisatawan harus tahu dan menjalankan etika ketika berkunjung ke pura di Bali.
Agama mayoritas di Bali adalah Hindu dan pura jadi salah satu tempat yang tak jarang dikunjungi wisatawan. Maka, wisatawan harus paham betul bahwa pura adalah tempat untuk ibadat dan tempat yang disucikan oleh pemeluk Hindu Bali. Kecerdasan, kebijaksanaan, dan kedewasaan dalam berlibur adalah hal yang penting dimiliki semua wisatawa, baik dalam negeri maupun mancanegara.
Etika ketika Berkunjung ke Pura di Bali
Penjelasan terkait pura dan etika kunjungan dijelaskan oleh Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali, I Gede Pitana. Berikut adalah penjelasan Pitana, seperti dilansir Kompas.
1. Pembagian pura di Bali
"Pura di Bali terdiri dari tiga halaman (bagian). Ini yang harus diketahui dahulu sebelumnya," terang Pitana.
Halaman pertama disebut dengan hutama mandala (halaman tengah). Pitana menjelaskan, halaman ini hanya boleh dikunjungi oleh orang yang bersembahyang atau beribadat.
Hutama mandala juga menjadi tempat disimpannya berbagai kesenian sakral, arca, dan lambang Dewa yang jadi manifestasi Tuhan dalam kepercayaan Hindu Bali.
Selanjutnya adalah madya mandala. Halaman ini menjadi tempat penyelenggaraan kesenian semi-sakral, seperti topeng, wayang, dan barong. Madya mandala juga menjadi tempat orang memasak untuk keperluan pura. Bagian madya mandala juga hanya boleh dimasuki oleh orang yang bersembahyang.
Halaman selanjutnya adalah bagian paling luar, yaitu nista mandala. Berbeda dengan dua bagian sebelumnya, halaman ini boleh dikunjungi oleh sia saja, termasuk orang yang tidak bersembahyang dan wisatawan. Meski demikian, ada sejumlah aturan khusus bagi para pengunjung nista mandala.
2. Peraturan khusus ke pura Bali
Pitana menjelaskan bahwa ada aturan-aturan yang perlu dipatuhi oleh orang yang akan berkunjung ke pura di Balu. Pertama, orang yang datang tidak boleh dalam keadaan kotor atau cuntaka dalam bahasa Bali.
Maksud dari kondisi kotor adalah perempuan yang sedang haid atau menstruasi, orang dengan anggota keluarga yang baru meninggal di rumah, atau orang yang berdarah seperti habis melahirkan dan pendarahan atau memiliki luka yang berdarah.
Peraturan yang lain untuk masuk ke pura adalah mengenakan busana yang sopan, busana tidak terbuka, dan rambut tertata atau tidak acak-acakan.
"Sebenarnya pada setiap pura di Bali ada disewakan kain Bali dan selendang. Bagi laki-laki, selama mengenakan celana panjang tidak apa hanya mengenakan selendang," jelas Pitana.
Peraturan khusus lainnya adalah menjaga ucapan dan perilaku selama di pura. Ini adalah hal yang penting, apalagi pura adalah tempat peribadatan.
"Heritage cultural atau peninggalan kebudayaan ini harus dijaga secara fisik dan spiritual, ada pedoman etika pariwisata budaya yang disusun oleh UNWTO sejak lama. Perlu ada kesadaran bersama untuk menjaganya," lanjut Pitana.
Itulah berbagai aturan dan etika berkunjung ke pura di Bali. Untuk mendapatkan info menarik lainnya, ikuti terus Era.id.