Bikin Heboh, Ramalan Ini Sebut Indonesia Akan Kedatangan Agama Baru pada 2022

| 16 Jun 2021 07:28
Bikin Heboh, Ramalan Ini Sebut Indonesia Akan Kedatangan Agama Baru pada 2022
Ilustrasi orang menyembah

ERA.id - Beberapa waktu yang lalu, publik sempat heboh dengan ramalan akan hadirnya sebuah agama baru pada tahun 2022 di Indonesia yang dikira akan mengguncang dunia.

Setelah ditelusuri, ramalan ini ternyata disampaikan seorang peramal asal Perancis yang masih memiliki garis keturunan Yahudi, yakni Michael Nostradamus.

Nostradamus mengungkap pada 2022, bakal ada guncangan soal aliran kepercayaan di dunia. Salah satu cirinya adalah akan muncul A New Word Religion atau sebuah agama baru dunia.

Kedua, kepercayaan itu akan dipimpin oleh seseorang yang dikenal dengan panggilan The Man From the Age.

Ketiga, sosoknya muncul dari negeri yang terletak di pertemuan tiga buah laut.

Keempat, kemunculannya menggemparkan timur dan barat. Terakhir, saat muncul, ia akan memakai sorban biru serta merayakan hari Kamis sebagai hari istimewa bagi dirinya.

Trisulo Wedo

Kepercayaan atau agama ini sebelumnya tidak pernah dikenal dan diprediksi oleh umat manusia di seluruh dunia.

Konon, nama agama itu nanti dinamai Trisulo Wedo, yakni agama yang hanya berisi tiga perintah dan tiga larangan.

Tiga perintah itu mengenai kewajiban manusia yang harus melakulan perbuatan yang benar, lurus, dan jujur.

Tiga larangannya mengenai manusia yang tak boleh merugiakan orang lain, tidak boleh mencuri, dan berbuat kejahatan.

Man from the east

Pria dari timur, itulah julukan yang diberikan kepada pemimpin agama baru ini. Ia kabarnya akan menghapus seluruh agama dan akan mendirikan agama baru yang akan dianut semua makhluk.

Kemunculan

Kemunculannya yang berasal dari pertemuan tiga laut, yakni sebelah utara Pulau Sulawesi adalah laut Sulawesi dan di sebelah selatannya adalah laut Flores dan di sebelah timurnya adalah laut Maluku. Berarti sosok yang dimaksud akan muncul di Sulawesi.

Sorban

Sorban sendiri adalah sehelai kain yang lazim digunakan oleh umat Islam yang biasanya digunakan oleh orang Arab untuk mengatasi hawa dingin atau teriknya matahari.

Kamis

Berbeda dari umat Islam yang menganggap bahwa Jumat adalah hari penuh keberkahan. Agama ini akan merayakan Kamis sebagai hari istimewanya. 

Menanggapi itu semua, Rektor sekaligus Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin menjelaskan fenomena tersebut wajar terjadi di Indonesia.

Alasannya, gaya hidup budaya masyarakat Indonesia dikenal agamis dan religius terhadap kepercayaannya. Tak heran kalau sejumlah aliran kepercayaan dan doktrinnya tumbuh subur.

“Wajar (ada prediksi semacam itu), orang Indonesia itu agamis dan sangat religius. Sebetulnya kalau muncul keyakinan seperti itu sangat wajar dan Indonesia ini sangat subur munculnya agama, ritual-ritual keagamaan, doktrin keagamaan, dan kelompok agama baru itu tak pernah berhenti di Indonesia,” kata Al Makin dikutip Hops, Rabu (9/6/2021) silam.

Dalam karyanya berjudul Nabi-Nabi Nusantara, Indonesia sebenarnya tidak akan pernah berhenti melahirkan nabi-nabi dan agama baru.

“Dalam buku saya, saya terangkan di situ, bahwa Indonesia tidak akan pernah berhenti melahirkan nabi baru, melahirkan agama baru, dan satu diadili, maka yang lain akan bermunculan. Satu disalahkan, misalnya diadili MUI atau pemerintah, maka yang lain akan muncul,” ujarnya.

Olehnya, Al Makin mengimbau pemerintah agar mampu memanfaatkan kreativitas dari kemajemukan aliran agama yang tumbuh di masyarakat Indonesia.

“Maka solusi terbaik tidak ada cara lain, selain memanfaat kreativitas mereka. jadi misalnya partai politik, itu kan mendirikan partai politik. kalau di Amerika banyak ilmuwan, ya akhirnya melahirkan vaksin, di Jerman pun demikian. Nah di Indonesia, orangnya percaya sama agama yang seperti itu, ya wajar kalau melahirkan agama baru,” tuturnya.

“Pemerintah harus mengayomi, memberi hak kepada setiap warga untuk berekspresi. Kebetulan kita tidak berternak ilmuwan, maka lahirnya seperti itu. Kalau pemerintah berternak ilmuwan, membiayai riset, laboratorium, maka akan melahirkan ilmu pengetahuan. Tapi itu tidak terjadi di Indonesia, maka lahirnya seperti itu,” imbuhnya.

Rekomendasi