Momen Ganjar dan Gibran Ikuti Kirab Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran Solo: Tak Boleh Berbicara dan Pakai Alas Kaki

| 30 Jul 2022 07:03
Momen Ganjar dan Gibran Ikuti Kirab Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran Solo: Tak Boleh Berbicara dan Pakai Alas Kaki
Kirab Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran, Jumat (29/7/2022). (Amalia Putri/Era.id)

ERA.id - Kirab pusaka dalam rangka menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro digelar di Pura Mangkunegaran dengan khidmat pada Jumat (29/7/2022) malam. Dalam kirab ini diikuti langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Keduanya ikut berjalan mengikuti kirab tapa bisu yang dilakukan oleh para abdi dalem Pura Mangkunegaran. Mereka berjalan menyusuri dinding luar tembok Pura Mangkunegaran.

Dalam kirab ini ada empat pusaka yang terdiri dari tiga tombak dan satu joli yang dikirab. Upacara adat ini dimulai pukul 19.30 dan rombongan dilepas satu per satu oleh Sampeyan Ingkang Jumeneng (SIJ) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X.

Kirab ini dipimpin langsung oleh Kanjeng Raden Mas Haryo (KRMH) Roy Rahajasa Yamin yang didapuk sebagai cucuk lampah. Kemudian pada urutan rombongan yakni keluarga, kerabat, tamu undangan, abdi dalem hingga masyarakat umum.

Untuk kirab ini rute yang diambil yakni dari gerbang depan Puro Mangkunegaran, menyusuri jalan Ronggowarsito, berbelok ke Jalan Kartini, dilanjutkan ke Jalan RM Said, Jalan Teuku Umar dan kembali ke dalam Puro.  

Koordinator seksi kirab Pura Mangkunegaran Solo Mas Ngabehi Bambang Suhendro mengatakan, prosesi kirab pusaka dalem Pura Mangkunegaran tahun ini sama seperti tahun-tahun lalu. Namun tahun ini tidak ada prosesi udek-udek, dimana penguasa Pura Mangkunegara menyebarkan uang beserta bunga untuk diperebutkan seluruh peserta kirab.

”Dulu Kanjeng Gusti (Mangkunegara IX) yang terakhir. Sekarang tidak ada udek-udek,” katanya.

Dalam upacara adat ini, rombongan kirab mengelilingi luar tembok Pura Mangkunegaran sebanyak satu kali. Mereka tidak diperkenankan menggunakan alas kaki dan juga tidak diperkenankan berbicara atau topo bisu.

Sebab upacara ini bermakna hubungan manusia dengan bumi yang berbakti pada Tuhan yang Maha Kuasa dalam keadaan yang suci. Dan para peserta kirab diwajibkan mengenakan pakaian Jawi Jangkep atau pakaian Jawa lengkap.

”Mereka diharapkan tidak menggunakan tlumpah atau alas kaki. Kemudian topo bisu. Jadi berjalan itu tidak bicara. Sebab upacara ini bersifat sakral,” terang dia.

Setelah pelaksanaan kirab pusaka dalem, proses upacara adat pergantian tahun baru Jawa ini dilanjutkan dengan prosesi semedi di Pendapa Agung dan Paringgitan Puro Mangkunegaran. Semedi dilaksanakan hingga lewat dini hari.

Sementara itu usai mengikuti Kirab Malam Satu Suro, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan jika kegiatan kebudayaan harus banya ditampilkan. Sehingga masyarakat juga bisa menikmati bersama kebudayaan yang dimiliki.

”Ya saya kira banyak kegiatan kebudayaan yang harus terus ditampilkan. Supaya kita bisa terus menikmati bersmaa masyarakat, seperti malam ini,” katanya.

Rekomendasi