ERA.id - Harga pangan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terpantau mengalami gejolak jelang penutupan tahun 2022 ini. Tercatat harga sejumlah pangan mengalami gejolak sejak bulan Desember 2022.
Seperti pantauan Era, Kamis (29/12/2022), di Pasar Tradisional Simpang Limun Medan, Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumut. Gejolak harga pangan terjadi terhadap sayur-sayuran.
Sayur brokoli yang semula dibanderol Rp18 ribu per kilogram (kg) kini naik menjadi Rp30 ribu per kg. Sayur kol yang semula dibanderol Rp3 ribu per kg naik menjadi Rp6 ribu per kg.
Kemudian sayur kangkung yang semula dibanderol Rp2.500 per ikat naik menjadi Rp4 ribu per ikat. Pun pada sayur daun singkong yang semula dibanderol Rp1.000 naik menjadi Rp2 ribu per ikat.
Penurunan harga terjadi pada sayur bayam yang semula dibanderol Rp10 ribu per ikat kini menjadi Rp7 ribu. Selanjutnya, sayur sawi yang semula dibanderol Rp20 ribu kini menjadi Rp16 ribu per kg.
Sementara harga daging sapi terpantau stabil dibanderol Rp135 ribu per kg. Sedangkan harga daging ayam terpantau naik yang semula Rp26 ribu per kg kini dibanderol Rp31 ribu per kg.
Selanjutnya, harga pangan komoditas tomat yang semula dibanderol Rp8 ribu per kg naik menjadi Rp10 ribu per kg. Kenaikan harga disusul komoditas cabai rawit yang semula dibanderol Rp32 ribu per kg naik menjadi Rp48 ribu per kg.
Sementara, harga anjlok terpantau pada komoditas cabai merah yang semula dibanderol Rp24 ribu per kg kini turun menjadi Rp16 ribu per kg. Menyusul cabai hijau yang semula dibanderol Rp22 ribu per kg kini turun menjadi Rp20 ribu per kg.
Selanjutnya bawang merah yang semula dibanderol Rp28 ribu per kg kini turun menjadi Rp20 ribu per. Sedangkan bawang putih dibanderol Rp24 ribu per kg.
Ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin mengatakan gejolak harga pangan komoditas sayur-sayuran tidak akan berkontribusi sebabkan lonjakan inflasi yang signifikan. Dia menyebut sekalipun harga sayur-sayuran melambung tinggi tidak akan mendorong inflasi naik tajam.
"Namun untuk harga cabai, secara keseluruhan akan menjadi pendorong terciptanya laju tekanan inflasi selama bulan Desember ini," terangnya kepada Era.
Gunawan mencatat kenaikan harga pangan komoditas cabai di Kota Medan disebabkan beberapa faktor di bulan Desember ini. Salah satunya adalah karena faktor cuaca.
"Kenaikan pada komoditas pangan di bulan Desember ini banyak dipicu oleh faktor cuaca yang kurang bersahabat yang membuat gangguan panen dan distribusi. Selanjutnya diikuti oleh tingginya permintaan baik dari konsumen maupun pemerintah (bantuan sosial), kenaikan biaya produksi (panen) karena buruh tani yang merayakan natal," sebutnya.
Gunawan memprediksi Sumut akan mencetak inflasi hingga menyebabkan terganggunya daya beli masyarakat. Dia mengingatkan hal ini akan menjadi tantangan besar bagi pemerintah di tahun 2023 mendatang.
"Jadi saya memastikan bahwa SUMUT akan mencetak inflasi, dan besarannya masih dikisaran 0,5 persen. dengan inflasi sebesar itu, saya menilai sejauh ini sudah mulai ada gangguan pada daya beli masyarakat di wilayah Sumut. Dan masalah daya beli ini masih akan menjadi tantangan besar Sumut di tahun depan," ujarnya.
Selain itu, Gunawan turut menyoroti siasat kenaikan harga tiket pesawat dengan memanfaatkan momen libur akhir tahun. Dia menilai kenaikan tidak seharusnya terjadi.
"Seiring dengan penurunan harga minyak mentah dunia, harga tiket pesawat selama Desember seharusnya tidak mengalami kenaikan. Meskipun natal dan tahun baru bisa saja menjadi momen untuk mendongkrak kenaikan harga tiket pesawat," pungkasnya.