ERA.id - Alun-alun Kota Cimahi rencananya bakal direnovasi tahun ini. Penataan bakal dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat yang saat ini sudah melelang pengerjaan fisiknya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laman lpse.jabarprov.go.id, nilai pagu proyek penataan kawasan Alun-alun Cimahi mencapai Rp 15 miliar lebih.
Sebagai tahap awal penataan, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi ditugaskan untuk melakukan pembongkaran. Termasuk membongkar sejumlah pohon sebagai bagian dari penataan.
"Ada pohon yang kita tebang. Tapi kita sudah melakukan penggantian," kata Kepala DPKP Kota Cimahi Endang, Sabtu (28/1/2023).
Penggantian pohon itu dilakukan dengan cara melakukan penanaman bibit baru di wilayah Cimahi Utara. Endang menjelaskan, penggantian itu dilakukan agar ketersediaan dan cadangan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi teap terjaga.
Proyek penataan Alun-alun Cimahi sendiri rencananya akan dilakukan tahun depan oleh Pemprov Jabar. Saat ini tahapannya sudah memasuki lelang fisik.
"Tugas DPKP menyiapkan lahan. Jadi pas mau dibangun provinsi lahannya nanti sudah siap," ujar Endang.
Endang menegaskan, semua proses perizinan penataan Alun-alun Cimahi sudah rampung. Termasuk Perizinan Bangunan Gedung (PBG). "Kita sudah menempuh semua perizinan. Dari mulai lalu lintas, lingkungan, izin PBG sudah kita tempuh semua," tegas Endang.
Endang berharap proses pembongkaran hingga revitalisasi Alun-alun Cimahi berjalan lancar dan sesuai rencana. Dia menyebutkan keberadaan sarana publik itu nantinya bisa menjadi lokasi wisata baru bagi warga Cimahi.
Sejarah Alun-Alun Kota Cimahi
Alun-alun Cimahi sendiri memiliki sejarah panjang dan menjadi saksi bisu perang di Kota Cimahi. Ruang publik itu sudah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda, sekitar tahun 1880-an yangdibuat oleh masyarakat pribumi.
"Jadi, sebetulnya tidak dibuat oleh Belanda, alun-alun itu konsep orang-orang pribumi," kata pegiat sejarah, Machmud Mubarok.
Tahun 1946, Alun-alun Cimahi menjadi saksi penyergapan yang dilakukan pasukan regu Kompi Daeng bersama Laskar Banteng Cimahi, BARA dan Detasemen Abdul Hamid terhadap truk konvoi para penjajah.
Penyergapan itu dimulai saat pasukan pribumi saat itu awalnya menerima informasi bahwa akan ada konvoi pasukan Belanda dari arah Bandung menuju arah Padalarang.
"Jadi ada Sekutu dan Belanda yang konvoi kemudian dilakukan pencegatan. Sampai ada beberapa orang yang jadi korban, termasuk pihak kita juga ada yang ketemebak. Temen saya cerita ikut, pamannya turun ikut pertempuran dan jadi korban," beber Mahmud.
Dalam pencegatan itu, para pasukan pejuang Cimahi menggunakan teknik hit and run, dimana mereka sembunyi-semnunyi dalam melakukan penyerangan. Teknik tersebut berhasil memukul mundur pasukan Belanda hingga urung melakukan konvoi.
Dari pertempuran di Alun-alun Cimahi itu, para pejuang berhasil menyita sekitar tiga kendaraan dan berbagai senjata milik penjajah. Hingga salah satunya dijadikan kendaraan operasional Laskar Banteng Cimahi.
Namun imbas dari pencegatan tersebut, terang Machmud, pasukan Kolonial Belanda melakukan pembalasan. Mereka menyisir warga yang terlibat dalam penuergapan tersebut.
"Kadang menelan korban rakyat yang tak bersenjata. Jadi Belanda dan Sekutu masuk ke kampung-kampung, rakyat biasa juga dikorbankan," pungkasnya.