Ratusan "Pak Ogah" di Makassar Ditangkap Polisi, Yakin Tak Kembali Lagi?

| 14 Jun 2021 11:23
Ratusan
Ilustrasi polisi (Era.id)

ERA.id - Seratusan "Pak Ogah" atau orang yang kerap membantu pengendara melewati bukaan jalan, di Makassar, Sulawesi Selatan, ditangkap polisi.

Mereka ditangkap dalam rangka Operasi Pekat. Bahkan mereka dituding sebagai preman.

"Operasi Pekat yaitu operasi premanisme sesuai arahan dan perintah pimpinan," kata Wakasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKP Sugeng Suprijanto, Sabtu (14/6/2021).

"Diamankan seratusan orang kurang lebih. Mereka diamankan pada beberapa titik. Mereka diduga melakukan parkir liar dan pemalakan orang maupun aktivitas kendaraan yang akan berbelok di tikungan (bukaan) pada sejumlah jalan raya," tambahnya.

Usai ditangkap, Pak Ogah didata dan diminta keterangannya. Bila terbukti bersalah, maka akan ditahan.

Untuk diketahui, fenomena Pak Ogah di Makassar sudah lama menjadi masalah di kota yang berjuluk Anging Mammiiri tersebut.

Sayangnya, Dinas Perhubungan atau dinas terkait di Makassar, selalu gagal menyetop aksi-aksi mereka, walau sudah membina banyak Pak Ogah.

Belakangan hadirnya Pak Ogah di Makssar semakin marak, karena kemacetan di jalanan yang makin parah. Banyak opini hadir dan menganggap kalau Pak Ogah sendiri sudah bikin macet.

"Ya, bikin macet. Sebenarnya kendaraan bisa lewat sendiri di jalur putaran. Tapi karena mereka menghalangi jalan dengan dalih membantu, jadi kendaraan melambat," tutur Yusuf, warga Makassar, Senin (14/6/2021).

Sebelumnya, Operasi Pekat tersebut digelar atas tindak lanjut instruksi dan perintah Presiden Joko Widodo secara langsung kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberantas premanisme yang meresahkan masyarakat.

Ia kemudian mengeluarkan perintah kepada seluruh jajaran kepolisian di Indonesia untuk melakukan operasi.

Instruksi tersebut keluar setelah Presiden Jokowi saat kunjungan kerja sekaligus mendengar keluhan sejumlah sopir di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Keluhan itu terkait maraknya pungli dan praktik premanisme yang merugikan para sopir kontainer.

Rekomendasi