Setelah Dikukuhkan, Ini Pidato Pertama Mangkunegara X

| 12 Mar 2022 22:05
Setelah Dikukuhkan, Ini Pidato Pertama Mangkunegara X
KGPAA Mangkunegara X yang membacakan pidato pertamanya usai dikukuhkan (Amalia Putri/Era.id)

ERA.id - GPH Bhre Cakrahutama Wira Sudjiwo dikukuhkan menjadi KGPAA Mangkunegara X, Sabtu (12/3/2022). Usai dikukuhkan ia memberikan pidato pertamanya sebagai penguasa Pura Mangkunegaran.

Penguasa Pura Mangkunegaran yang masih berusia 24 tahun ini berbicara mengenai kebudayaan. Menurutnya kebudayaan terbentuk dari berbagai macam hal. Mulai dari interaksi manusia, kebiasaan sehari-hari, cara menjalani hidup, cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, hingga menghasilkan produk hukum.

”Kebudayaan adalah jati diri yang kita hasilkan. Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki kebudayaan yang adiluhing yang tidak serta merta diturunkan secara biologis. Namun berusaha nglampahaken (menjalankan). Sehingga bisa diwariskan untuk generasi yang akan datang,” ucapnya.

Untuk melestarikannya semua harus berpegang teguh pada amanah ini. Bukan hanya melestarikan, melainkan juga mengembangkan warisan budaya beserta dengan nilainya.

”Tidak hanya untuk Mangkunegaran, tapi juga untuk masyarakat luas. Amanat ini tidak bisa dilakukan sendiri, namun harus bersama,” katanya.

Sehingga sebagai pusat perkembangan kebudayaan, Puro Mangkunegaran harus menjadi wadah dan teman diskusi bagi masyarakat. ”Baik budayawan, akademisi, pemerintah, lembaga sosial, budaya, pelestari sejarah maupun ekonomi,” katanya.

Pidato ini dibacakan Bhre usai dikukuhkan sebagai KGPAA Mangkunegara X. Ia merupakan putra bungsu pasangan KGPAA Mangkunegara IX dan Kanjeng Gusti Putri Mangkunegara IX. Usai ayahnya meninggal ia digadang sebagai pengganti. Dalam pembahasan suksesi Mangkunegaran, nama lain yang muncul ke permukaan yakni GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara.

Sayangnya dalam Jumenengan atau pengukuhan ini Paundra tak hadir. Ia bersama dengan adiknya, GRA Putri Agung Suniwati atau yang akrab disapa Gusti Menur yang harusnya hadir dan duduk di Paringgitan bersama Gusti Bhre absen dari upacara sakral ini. 

Rekomendasi