ERA.id - Akibat persoalan cinta segitiga dalam lingkup Dinas Perhubungan Makassar, Najamuddin Sewang mesti tewas ditembak di jalanan.
Semua dilatari oleh motif cemburu eks Plt Kadishub Makassar, yang kemudian menjadi Kasatpol PP Makassar, Iqbal Asnan.
Iqbal kesal, karena seorang perempuan yang bertugas di Dishub Makassar, berinisial R, didekati oleh Najamuddin. Isu ini berkembang di area kedinasan Pemkot Makassar. Konon, Iqbal juga sudah menikahi R secara siri.
Iqbal sendiri, sebenarnya sudah lama ingin menghabisi nyawa Najamuddin. Hal itu diungkap Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto.
"Berdasarkan pengakuan tersangka, perencanaan ini sejak tahun 2020 dan baru terlaksana sekarang," ujar Budhi, saat merilis kasus Najamuddin beberapa waktu lalu.
Perencanaan pembunuhan pada tahun 2020 dengan menyuruh seseorang untuk melemparkan sesuatu ke rumah korban, yang diduga adalah benda bertuah untuk menyukseskan santet. Namun, gagal.
"Katanya sih melemparkan sesuatu ke rumah korban, tapi gagal dan baru sekarang ini berhasil setelah direncanakan dengan matang," ujarnya pula.
"Ini cinta segitiga, hubungan terlarang. Perencanaan pembunuhan di tahun 2020 dan baru sekarang terealisasi. Itu semua karena terbakar api cemburu," katanya pula.
Polisi terlibat
Dalam perkara ini, polisi telah menetapkan lima orang tersangka yang masing-masing berinisial MIA (Kasatpol PP Makassar), SU, CA, AS, dan SL.
Seorang dari mereka adalah polisi, satunya lagi adalah pegawai Dishub Makassar. Mereka semua diarahkan Iqbal untuk membunuh Najamuddin.
Belakangan diketahui, pistol yang digunakan polisi yang membunuh Najamuddin, bukanlah rakitan, melainkan keluaran pabrikan.
"Pistol jenis revolver itu dibeli secara online (daring) oleh tersangka dan ternyata belinya sama jaringan teroris," kata Budhi Haryanto.
Begitu juga dengan proyektil berkaliber 33 dan 38, kata Kapolrestabes, adalah hasil pabrikan.
Saat kejadian, tiga butir peluru ditembakkan pelaku dan selongsong pelurunya sudah disita. Demikian halnya dengan peluru utuh yang berjumlah 53 butir, termasuk senjata jenis pistol revolver tersebut.
"Setelah didalami tempat mendapatkan senjatanya, pelaku mengaku membeli secara online. Setelah ditelusuri, ternyata itu adalah jaringan teroris. Ini sementara didalami lagi," katanya.