Pengertian, Penyebab, dan Gejala Skizofrenia Paranoid

| 13 Apr 2023 22:15
Pengertian, Penyebab, dan Gejala Skizofrenia Paranoid
Ilustrasi skizofrenia paranoid (pexels)

ERA.id - Sebagian masyarakat mencari informasi mengenai gejala skizofrenia paranoid akhir-akhir ini. Hal tersebut berkaitan dengan hilangnya putri dari Barry Prima, aktor, bernama Feony Elizabeth Johanna Knoch.

Feony diketahui hilang sejak Senin, 10 April 2023. Adik Feony, Ferozy Knoch, menjelaskan bahwa sang kakak pergi dari rumah menggunakan sepeda motor.

"Sudah tiga hari berlalu dari terakhir dilihat, jadi terakhir dilihat itu beliau meninggalkan rumah di daerah Sarijadi menggunakan sepeda motor jam 10 pagi. Dia berpakaian lengkap ya, pakai jaket, celana panjang, bawa barang-barang berharga kaya laptop sama tablet," terang Ferozy, dikutip Era.id ari detikcom, Rabu, 12 April 2023.

Feony Elizabeth Johanna Knoch Menderita Skizofrenia Paranoid

Menurut keluarga, kepergian Feony yang dilakukan sendirian adalah hal yang janggal. Feony diketahui tidak pernah berani pergi jauh sendiri, selain itu dia mengidap kondisi khusus.

"Itu kejanggalan bagi kita karena selama ini nggak pernah berani pergi sendiri, apalagi pergi jauh. Apalagi dia mengidap kondisi khusus, perlu minum obat rutin. Tiba-tiba pergi dari rumah sendiri," terang sang adik.

Ferozy mengatakan, Feony mengidap skizofrenia paranoid, gangguan kesehatan mental. Oleh sebab itu, Feony harus meminum obat penenang secara rutin.

"Skizofrenia Paranoid. Harus konsumsi obat penenang setiap harinya," tambahnya.

Pihak keluarga telah membuat laporan ke polisi terkait hilangnya perempuan berusia 35 tahun itu. Berdasarkan informasi terakhir, Feony pergi dari rumah menggunakan sepeda motor Honda Beat Street warna putih dengan nomor polisi D 2920 ABO.

Pengertian, Penyebab, dan Gejala Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid merupakan tipe skizofrenia. Pengidap dari gangguan ini mengalami delusi bahwa orang lain ingin melawan dirinya atau anggota keluarganya. Paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering terjadi.

Secara umum, pengidap skizofrenia paranoid merasa dirinya lebih kuat, lebih hebat, dan punya pengaruh besar dibandingkan musuh-musuh khayalannya. Hal tersebut muncul dalam halusinasi pengidap.

Ilustrasi perempuan mengalami gangguan-gangguan suara (pexels)

Berdasarkan penelitian, skizofrenia paranoid kebanyakan disebabkan oleh disfungsi otak akibat faktor keturunan dan lingkungan. Sementara, stres dan trauma menjadi pemicunya.

Beberapa penyenab lain dari gangguan kesehatan mental ini adalah stres saat usia muda, penyalahgunaan obat tertentu, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba). Trauma saat masih berusia kanak-kanak juga bisa memicu skizofrenia paranoid.

Trauma bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti menerima perlakuan tidak menyenangkan saat masih kecil baik fisik maupun verbal atau melihat kejadian yang sulit dilupakan. Trauma tersebut menghadirkan ketakutan tersendiri yang tersimpan hingga usia dewasa.

Orang yang mengalami skizofrenia paranoid umumnya menunjukkan beberapa gejala tertentu. Berikut adalah beberapa gejala yang biasanya dialami pada penderita.

·         Halusinasi suara.

·         Delusi paranoid secara rutin dan stabil.

·         Merasa dirinya lebih hebat dari kenyataannya.

·         Cemas, curiga, dan suka menyendiri.

·         Cemburu yang tidak realistis.

·         Punya gangguan persepsi.

Beberapa hal tersebut merupakan gejala utama skizofrenia paranoid. Selain itu, ada beberapa gejala ringan yang bisa dialami oleh penderita skizofrenia paranoid, berikut rinciannya.

·         Terobsesi terhadap kekerasan atau keadaan sekarat.

·         Ketidakstabilan suasana hati.

·         Pola tidur dan pola makan berubah.

·         Konsumsi minuman keras atau obat-obatan meningkat.

·         Mengucapkan salam perpisahan yang tidak biasa.

·         Membagikan barang pribadi kepada orang terdekat.

Itulah beberapa informasi mengenai penyebab dan gejala skizofrenia paranoid. Perlu dicatat, diagnosis hanya bisa dilakukan oleh pihak yang berkompeten. Jadi, sebaiknya orang dengan gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas dibawa ke rumah sakit jiwa agar tidak salah diagnosis dan penanganan yang diberikan tepat.

Rekomendasi