ERA.id - Mimpi buruk bisa dialami oleh siapa saja dan kapan saja. Ini merupakan hal yang wajar jika terjadi beberapa kali. Namun, jika seseorang sering mengalami mimpi buruk hingga mengganggu tidur dan berdampak buruk pada kehidupan, hal tersbeut bisa dikategorikan sebagai gangguan mimpi buruk (nightmare disorder).
Sebenarnya, mengap-a seseorang mengalami mimpi buruk? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dan penjelasan mengenai gangguan mimpi buruk, simak penjelasan berikut yang dirangkum Era.id dari situs resmi Kemenkes.
Memahami Apa Itu Mimpi Buruk
Mimpi buruk merupakan mimpi mengganggu yang berkaitan dengan perasaan negatif, misalnya rasa cemas dan takut, yang bahkan bisa membangunkan seseorang dari tidurnya. Mimpi buruk bisa berupa berbagai hal, misalnya melibatkan gambar, tema, suasana, atau sosok yang menakutkan atau mengganggu.
Sementara, menurut Sleep Foundation, mimpi buruk merupakan mimpi yang visualisasinya jelas dan mungkin aneh, mengancam, mengganggu, atau menjengkelkan. Mimpi buruk sering terjadi saat seseorang berada pada fase tidur rapid eye movement (REM) atau ‘gerakan mata cepat’. Secara umum, orang yang terbangun saat mimpi buruk bisa mengingat isi mimpinya itu sehingga dirinya merasa kesal, cemas, atau takut.
Untuk diketahui, saat seseorang tidur, dia akan mengalami dua fase tidur, yaitu fase REM dan non-REM. Siklus tidur berawal dengan fase non-REM kemudian diikuti fase REM. Masing-masing fase bisa berlangsung selama 90—100 menit. Fase REM terjadi antara tengah malam hingga menjelang pagi.
Mengapa Seseorang Mengalami Mimpi Buruk?
Hingga saat ini penyebab pasti mimpi buruk belum diketahui. Meski demikian, ada dugaan bahwa mimpi buruk berkaitan dengan beberapa hal, seperti psikologis, faktor genetik, kelainan fisik, gangguan dalam proses tumbuh kembang, dan gangguan pada sistem saraf pusat. Penyebab pasti mimpi buruk memang belum diketahui, tetapi ada beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya mimpi buruk, berikut rinciannya.
· Trauma, seperti trauma akibat kecelakaan, cedera, perundungan (bullying), dan pelecehan.
· Stres dan kecemasan, misalnya akibat aktivitas di sekolah atau tempat kerja, kesedihan akibat kematian orang terdekat, atau takut ditinggal seseorang.
· Gangguan tidur, seperti narkolepsi, susah tidur (insomnia), sleep apnea, dan sindrom kaki gelisah (restless leg syndrome).
· Kebiasaan sebelum tidur, seperti ngemil, membaca buku tertentu, atau menonton film horor.
· Efek samping obat, seperti antidepresan, obat penghambat beta, obat hipertensi, obat tidur, atau obat parkinson.
· Penyakit tertentu, seperti depresi, stres pascatrauma (PTSD), kanker, dan penyakit jantung.
· Konsumsi minuman beralkohol dan penyalahgunaan NAPZA atau obat-obatan terlarang.
Gejala Mimpi Buruk
Mimpi buruk bisa terjadi dengan tema yang sangat beragam, misalnya diculik, dikejar, dibunuh, bertemu makluk aneh, berada di tempat yang mengerikan, berada di tempat yang aneh, dan sebagainya. Frekuensinya juga bisa bermacam-macam, bisa jarang, bisa cukup sering, bisa sering, bahkan bisa beberapa kali dalam satu malam. Ada beberapa ciri yang menunjukkan bahwa mimpi tersebut masuk kategori mimpi buruk, berikut rinciannya.
· Terlihat nyata, jelas, dan menimbulkan rasa cemas, takut, marah, terganggu, dan sedih jika mengingatnya.
· Bertema sesuatu yang berhubungan dengan ancaman keselamatan atau tema lain mengganggu.
· Menyebabkan jantung orang yang mengalaminya berdebar-debar dan berkeringat saat tidur.
· Menyebabkan orang yang mengalaminya terbangun tiba-tiba dan mengingat mimpi tersebut secara detail.
· Menyebabkan orang yang mengalaminya sulit kembali tidur.
Mimpi buruk adalah hal yang biasa dialami oleh manusia. Namun, mimpi burk juga bisa dikategorikan sebagai gangguan jika memenuhi beberapa kondisi berikut.
· Sering terjadi
· Menyebabkan rasa lelah, kantuk, dan lesu saat siang hari.
· Mengganggu konsentrasi dan proses mengingat.
· Membuat orang yang mengalaminya terus memikirkan mimpi buruk tersebut.
· Memicu rasa cemas dan takut saat akan tidur.
· Menyebabkan gangguan perilaku, misalnya takut terhadap ruangan gelap.
· Memengaruhi aktivitas sehari-hari, misalnya penurunan kualitas dalam belajar atau bekerja.
Pemeriksaan dan Pengobatan Mimpi Buruk
Jika seseorang kerap mengalami mimpi buruk, pemeriksaan fisik perlu dilakukan. Selain itu, diperlukan pula pemeriksaan lain sebagai tindak lanjut, yaitu sebagai berikut.
· Pemeriksaan mental: untuk mengetahui apakah mimpi buruk berhubungan dengan gangguan mental, misalnya gangguan kecemasan.
· Polisomnigrafi atau perekaman aktivitas tidur: untuk mengetahui apakah mimpi buruk berhubungan dengan gangguan tidur lain.
Jika penyebab mimpi buruk adalah gangguan mental atau gangguan tidur, berikut adalah metode pengobatan yang bisa dilakukan.
· Obat
· Psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, image rehearsal therapy, dan visual kinesthetic dissociation.
· Relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan deep breathing (terapi dengan pernapasan secara dalam).
Kemudian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menunjang proses pengobatan sekaligus menurunkan risiko mimpi buruk.
· Olahraga (minimal 3 kali seminggu).
· Atur jam tidur dan jam bangun yang sama setiap hari.
· Menghadirkan suasana nyaman di kamar.
· Hindari konsumsi obat penenang.
· Batasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
· Mendengarkan musik yang menenangkan.
· Tidak menggunakan smartphone dan alat elektronik lain sebelum tidur.
· Membaca buku yang menyenangkan atau menulis rencana untuk besok.
Mendiskusikan mimpi buruk dengan keluarga atau teman untuk mengurangi rasa cemas.