ERA.id - Saat seseorang jatuh cinta kepada orang lain, bisa jadi hal tersebut juga dipengaruhi oleh. Apa itu feromon?
Secara sederhana, ini adalah senyawa yang dihasilkan oleh tubuh hewan yang bisa berpengaruh terhadap hasrat seksual lawan jenisnya.
Mengenal Apa Itu Feromon
Berdasarkan KBBI, feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh seekor hewan yang memungkinkannya berkomunikasi dengan anggota lain dari jenis yang sama. Makna yang lain adalah wewangian yang dikeluarkan oleh spesies binatang ketika birahi, berfungsi untuk menarik pasangan pada musim kawin.
Senyawa ini termasuk golongan protein dengan sifat volatil (mudah menguap). Lalu, apakah senyawa tersebut juga ada pada manusia?
Berdasarkan sebuah penelitian, keringat yang dikeluarkan oleh manusia bisa berpengaruh terhadap emosi dan perilaku orang lain yang menghirup aromanya. Diduga, keringat manusia juga mengandung feromon.
Feromon terdiri atas beberapa jenis. Berikut adalah rinciannya, dikutip Era.id dari berbagai sumber.
· Releaser pheromones: feromon yang menimbulkan respons cepat dan biasanya terkait ketertarikan seksual.
· Primer pheromones: feromon yang butuh waktu lebih lama untuk direspons dan bisa bepengaruh terhadap siklus menstruasi, pubertas, dan kehamilan.
· Signaler pheromones: feromon yang bisa membantu induk mengenali anaknya yang baru dilahirkan malalui aroma.
· Modulator pheromones: feromon yang bisa mengubah atau menyesuaikan fungsi tubuh dengan kondisi sekitar, biasanya ditemukan pada keringat.
Feromon terhadap Daya Tarik Seksual
Pada hewan, feromon memiliki beberapa fungsi terkait perilaku spesies yang sama. Contohnya adalah sinyal untuk mengikuti jejak makanan, sebagai penanda daerah kekuasaan, menumbuhkan rasa waspada, dan mendorong daya tarik seksual lawan jenis.
Hal tersebut tidak sama dengan yang ada pada manusia. Sebenarnya, sampai saat ini penelitian masih dilakukan untuk mengetahui peran feromon terhadap daya tarik seksual.
Berdasarkan penelitian ahli saraf, feromon bisa memicu pelepasan hormon seks tertentu, misalnya testosteron dan estrogen. Pembuktian dari hal tersebut adalah perilaku dua individu (yang tidak saling tertarik) yang bisa semakin dekat dan mulai saling tertarik setelah sering bertemu dan berkomunikasi secara intens.
Diketahui pula bahwa feromon pada keringat pria bisa memengaruhi suasana hati dan kadar kortisol. Berdasarkan penelitian, keringat pria berhubungan dengan peningkatan libido wanita, terutama saat mendekati masa ovulasi. Meski demikian, penelitan masih dilakukan sehingga belum bisa disimpulkan secara pasti apakah feromon memang berpengaruh terhadap cinta atau hasrat seksual manusia.