ERA.id - Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi berbagi tips untuk menyiapkan mental anak menjelang masuk sekolah. Kesiapan mental ini diperlukan demi membantu anak siap memulai hari pertama masuk sekolah.
"Pertama pastikan asupan nutrisi harian dan siapkan bekal bergizi," kata Anna.
Jika perlu, lengkapi juga kebutuhan nutrisi hariannya dengan susu pertumbuhan sebelum berangkat sekolah. Sebab, asupan pada anak usia prasekolah yang tidak menyertakan susu sering kali tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.
Selain itu, orang tua juga bisa sediakan bekal makanan favorit anak yang bergizi, agar anak menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hari pertama.
Kemudian, orang tua dan anak perlu mempersiapkan hari pertama sekolah satu hingga dua minggu sebelumnya sehingga anak memiliki kesiapan mental untuk mulai bersekolah.
"Mulailah melakukan rutinitas serupa dengan yang akan dijalankan di hari-hari sekolah nantinya. Misalnya mulai membiasakan bangun jam 6, lalu mandi dan berganti pakaian, sarapan, kemudian lanjut beraktivitas," jelas Anna.
Persiapan mental lainnya adalah sesekali mengunjungi calon sekolahnya, dengan memperlihatkan kelas, tempat bermain, mainan-mainannya, dan jika memungkinkan perkenalkan anak pada calon gurunya.
"Sampaikan hal-hal positif tentang sekolah, untuk mengurangi kecemasan anak," tambah Anna.
Keempat, ajari anak cara berinteraksi dan mendapatkan teman baru agar anak tidak merasa malu atau canggung ketika bertemu orang lain atau teman baru di sekolah. Misalnya, melatih anak menyebutkan nama dirinya sambil menanyakan nama lawan bicaranya, sekaligus menyodorkan tangan kepada calon temannya terlebih dahulu. Bisa juga mengingatkan dirinya untuk tersenyum dengan pandangan mengarah ke orang yang diajak berkenalan.
Terakhir, orang tua harus membangun komunikasi yang baik dengan anak misalnya dengan mengajak anak untuk duduk dan makan bersama ketika pulang sekolah. Cobalah untuk mengobrol dan bahaslah tentang pengalaman pertamanya di sekolah.
Saat mengobrol, jangan fokus pada hal buruk yang terjadi seperti tangisannya saat terpisah dari orangtua, namun lebih fokus pada hal baik yang sudah terjadi seperti anak sudah menggunakan seragam dan mau datang ke sekolah.
"Percakapan dapat ditutup dengan mengucapkan selamat karena anak sudah mencoba masuk sekolah, dan semangati untuk terus melakukannya," kata Anna.