Gejala Stevens Johnson Syndrome yang Harus Diwaspadai Sejak Awal

| 24 Oct 2023 20:05
Gejala Stevens Johnson Syndrome yang Harus Diwaspadai Sejak Awal
Gejala stevens johnson syndrome (unsplash)

ERA.id - Stevens-Johnson Syndrome (SJS) adalah salah satu kondisi kesehatan yang paling langka, tetapi juga paling serius dan berbahaya yang dapat mempengaruhi seseorang. Gejala sindrom ini sangat mencolok dan berdampak luar biasa, lantas apa saja gejala stevens johnson syndrome?

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi gejala SJS memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang perlu diwaspadai, dan bagaimana mendiagnosisnya.

Apa Itu Stevens Johnson Syndrome?

Dilansir dari laman AI Care, Sindrom Stevens-Johnson (SJS), yang sebelumnya dikenal dengan nama sindrom Lyell, adalah kondisi langka yang memengaruhi kulit dan selaput lendir dengan cara yang tidak dapat diprediksi dan berpotensi fatal. Bentuk yang lebih parah dari kondisi ini dikenal sebagai nekrolisis epidermal toksik (NET).

SJS diperkirakan mengenai dua hingga tujuh dari setiap satu juta individu setiap tahunnya. SJS tiga kali lebih umum dibandingkan NET. Penyebab utama SJS biasanya adalah obat-obatan, yang dapat menyebabkan lebih dari 80% dari kasus-kasus SJS.

Gejala awal mungkin melibatkan keluhan mirip flu, yang kemudian diikuti oleh timbulnya ruam dan pengelupasan kulit yang sangat nyeri. Pada SJS, ruamnya biasanya mencakup kurang dari 10% permukaan tubuh. Terkadang, batas antara SJS dan NET bisa kabur, dengan kerusakan kulit mencakup 10-30% permukaan tubuh.

Sindrom Stevens-Johnson adalah kondisi darurat yang memerlukan perawatan medis segera.

Gejala Stevens Johnson Syndrome

Setelah terpapar oleh pemicu atau penyebab spesifik, SJS sering dimulai dengan gejala yang menyerupai flu. Gejala ini biasanya muncul satu hingga tiga hari sebelum ruam timbul, dan termasuk demam, hilangnya nafsu makan, batuk dan pilek, sakit di mulut dan tenggorokan, kelelahan, sensasi terbakar atau panas di mata, serta nyeri otot.

Seiring berjalannya waktu, gejala lainnya dapat muncul, seperti sensasi nyeri di kulit seluruh tubuh yang tidak dapat dijelaskan, ruam berwarna merah atau ungu yang sangat nyeri dan menyebar ke seluruh tubuh, serta lepuhan di kulit dan selaput lendir mulut, hidung, mata, dan alat kelamin. Beberapa hari setelah lepuhan muncul, lapisan kulit yang terkena akan mati, mengelupas, dan akhirnya mulai sembuh dalam beberapa hari.

Steven Johnson Syndrome menular apa tidak (unsplash)

Steven Johnson Syndrome menular apa tidak?

Mengenai Sindrom Stevens-Johnson, pasien dan keluarganya diberikan pemahaman bahwa kondisi ini tidak bersifat menular, melainkan disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat.

Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi obat yang mungkin menjadi pemicu kondisi ini. Apabila gejala-gejala muncul, sebaiknya pasien segera dilarikan ke rumah sakit. Hal ini penting untuk memastikan penanganan medis yang tepat segera diberikan.

Steven johnson syndrome akibat obat apa?

Sindrom Stevens-Johnson pada orang dewasa dapat diakibatkan oleh efek samping dari berbagai jenis obat, termasuk:

●        Obat untuk asam urat, seperti allopurinol.

●        Obat pereda nyeri, seperti meloxicam, naproxen, atau piroxicam.

●        Obat antibiotik, seperti penisilin atau golongan sulfonamida.

●        Obat antivirus, seperti nevirapine.

●        Obat antikejang, seperti phenytoin, carbamazepine, dan lamotrigine.

Sementara pada anak-anak, sindrom ini lebih sering disebabkan oleh infeksi virus. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini juga bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri. Beberapa infeksi virus yang dapat memicu sindrom Stevens-Johnson termasuk:

●        Pneumonia.

●        HIV.

●        Hepatitis A.

●        Gondongan (mumps).

●        Flu.

●        Penyakit Bornholm.

●        Herpes.

●        Demam kelenjar.

Untuk itu penting untuk mengidentifikasi penyebab sindrom ini agar penanganan yang sesuai dapat segera diberikan kepada pasien.

Selain gejala stevens johnson syndrome, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Rekomendasi