ERA.id - Anak butuh kasih sayang dan bimbingan kedua orang tua, terutama selama masa perkembangan. Peran orang tua berpengaruh besar terhadap masa dewasa buah hati. Namun, ketiadaan sosok ayah dalam masa tumbuh kembang anak kadang dianggap hal biasa karena perspektif yang menyebut ayah hanya sebagai pencari nafkah.
Ketiadaan sosok ayah dalam masa tumbuh kembang anak tak jarang memengaruhi kondisi psikologis anak. Secara umum, hal ini dikenal sebagai daddy issues. Namun, apa itu daddy issues?
Mengenal Apa Itu Daddy Issues
Anak dengan persoalan daddy issue sering mengalami kendala dalam hubungan saat dewasa, terutama asmara. Daddy issues tidak hanya berpengaruh terhadap hubungan yang bersifat romantis.
Awalnya, daddy issue hanya dikaitkan dengan psikologis anak perempuan. Setelah dilakukan penelitian lebih jauh, persoalan tersebut juga bisa dialami oleh anak laki-laki.
Tanda orang mengalami masalah daddy issue tidak terlihat dengan jelas. Namun, masalah ini perlu diamati dan ditangani supaya tidak mengganggu interaksi atau hubungan seseorang dengan orang lain.
Asal istilah daddy issues tidak diketahui secara pasti. Ini bukanlah istilah resmi medis. Dikutip dari The Verywell Mind, ahli-ahli yakin bahwa sumber dari istilah ini adalah pemikiran Sigmund Freud terkait father complex—bagian dari teori psikoanalisis.
Menurut Freud, father complex adalah impuls bawah sadar akibat hubungan buruk antara anak dengan ayahnya. Gagasan tersebut kemudian mengalami pengembangan menjadi dua konsep lain, yaitu oedipus complex dan electra complex.
Oedipus complex menjadi konsep yang menjelaskan kondisi ketertarikan anak laki-laki kepada ibunya dan perasaan bersaing dengan ayahnya. Sementara, electra complex menjelaskan kondisi anak perempuan yang punya perasaan bersaing dengan ibunya untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya.
Berdasarkan tesis karya David Ricardo Inniss, daddy issue adalah kurangnya keseimbangan emosional dan psikologis dan/atau depresi kinerja kognitif yang berakar pada pengalaman terkait ketidakhadiran sosok ayah. Inniss yakin, sosok atau figur ayah punya peran yang sangat penting terhadap perkembangan anak. Selain itu, ayah adalah panutan anak laki-laki.
Seperti disinggung di awal, persoalan daddy issue awalnya hanya terbatas hubungan anak perempuan dengan ayahnya. Namun, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa anak laki-laki juga bisa mengalami trauma terkait sosok ayah, tapi manifestasi mungkin berbeda.
Bagi anak perempuan, salah satu contoh dampak daddy issue adalah kesulitan membina hubungan dengan lawan jenis saat dewasa. Sementara, contoh dampak daddy issue bagi anak laki-laki mengalami kendala saat menjalani rumah tangga terkait perannya dalam rumah tangga, baik sebagai suami maupun ayah.
Penyebab Daddy Issues
Ketiadaan sosok ayah bagi seorang anak menjadi penyebab utama terjadinya daddy issue. Namun, apa saja hal atau kondisi yang bisa dianggap sebagai ketiadaan sosok/figur ayah (fatherless)?
Awalnya, suatu kondisi disebut fatherless saat anak atau keluarga tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah—kehadiran fisik. Dengan kata lain, sebuah kondisi rumah tangga disebut fatherless jika ayah tidak hadir secara fisik selama masa tumbuh kembang anak.
Setelah bertahun-tahun, batasan istilah ini mendapat kritikan dari para ilmuwan sosial dan intelektual perkembangan anak. Kehadiran fisik bukanlah inti dari keberadaan ayah dalam keluarga. Ketiadaan sosok ayah secara psikologis dinilai sebagai masalah yang besar. Peran orang tua berupa dukungan moril adalah hal yang dibutuhkan anak.
Kemudian, penelitian selanjutnya membuahkan hasil bahwa kondisi fatherless berkaitan dengan ketidakhadiran sosok ayah, baik fisik maupun psikis atau emosional. Dengan kata lain, anak butuh kehadiran sosok/figur ayah secara fisik dan emosional untuk perkembangan psikologisnya.
Fatherless membuat anak berjarak dengan ayahnya. Jarak ini berasal dari berbagai sikap ayah yang kurang baik terhadap anaknya, seperti apatis (emosional), pengabaian secara langsung atau lahiriah, dan/atau keduanya.
Fatherless juga bisa dimaknai sebagai tindakan menyimpang yang berpengaruh terhadap psikologis anak. Contoh dari hal ini adalah tindakan kasar ayah, baik kepada anak maupun orang lain. Hal lain yang bisa digunakan untuk menilai apakah kondisi disebut fatherless atau tidak adalah keterikatan atau ketergantungan antara ayah dan anak.
Itulah penjelasan terkait apa itu daddy issues. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, ikuti terus Era.id.