Mengenal Copycat Suicide dan Penyebabnya

| 11 Oct 2023 19:27
Mengenal Copycat Suicide dan Penyebabnya
Ilustrasi bunuh diri (pexels)

ERA.id - Masih cukup banyak orang yang belum mengenal copycat suicide atau secara harfiah diartikan sebagai bunuh diri peniru. Istilah ini muncul terkait fenomena peniruan aksi bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain.

Bunuh diri adalah tindakan yang tidak baik dan tidak dibenarkan. Hal ini menjadi lebih meresahkan ketika terjadi beberapa kasus bunuh diri dalam waktu berdekatan dengan metode yang mirip.

Mengenal Copycat Suicide

Dilansir netsweeper, copycat suicide merupakan perilaku bunuh diri tiruan yang dilakukan setelah terpengaruh oleh tindakan bunuh diri lainnya. Secara umum, orang disebut melakukan copycat suicide jika orang tersebut terprovokasi pemberitaan media soal metode bunuh diri yang digunakan oleh selebritas.

Sebagai informasi, beberapa kasus bunuh diri selebritas atau publik figur berpengaruh terhadap angka bunuh diri. Berikut adalah beberapa contohnya.

  • Kematian Marilyn Monroe: terjadi peningkatan angka bunuh diri sebesar 12% dalam sebulan setelah kematiannya.
  • Kematian Robin William: terjadi peningkatan 10% angka bunuh diri di AS dalam empat bulan setelah kematiannya.
  • “13 Reasons Why”: ini adalah serial Netflix yang dikaitkan dengan peningkatan angka bunuh diri sebesar 28,9% di kalangan remaja AS (10-17 tahun) dalam beberapa bulan setelah serial itu dirilis.

Remaja adalah kalangan usia yang rentan terhadap hal ini. Namun, faktor risiko paling umum adalah masalah kesehatan mental, seperti kondisi yang terkait depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan alkohol/narkoba.

Liputan dan Pemberitaan Media

Salah satu bidang yang disorot dalam fenomena copycat suicide adalah media. Kasus bunuh diri yang mendapatkan perhatian besar dari media kemungkinan besar akan memicu kasus bunuh diri lainnya. Akibatnya, peluang terjadinya efek Wether menjadi semakin tinggi.

Sebuah penelitian dilakukan di Korea Selatan setelah tujuh selebritas melakukan bunuh diri pada tahun 2005–2008. Salah satu selebritas ini adalah laki-laki yang menggunakan metode batu bara (charcoal) untuk bunuh diri, sisanya adalah wanita yang menggantung diri.

Penelitian menganalisis karakteristik pelaku bunuh diri dalam 28 hari setelah setiap kasus bunuh diri para selebritas tersebut. Hasilnya, terjadi peningkatan risiko relatif bunuh diri pada masing-masing periode tersebut sebesar 14,6% hingga 95,4%.

Media dan masyarakat (pexels)

Laporan menunjukkan, pelaku bunuh diri adalah orang-orang dari populasi dengan jenis kelamin dan usia serupa dengan selebritas yang melakukan bunuh diri. Metode yang digunakan untuk bunuh diri juga cenderung sama. Hal tersebut membuktikan bahwa fenomena copycat suicide memang benar adanya.

Tanpa sengaja, media massa bisa memicu copycat suicide. Orang yang sedang rentan melakukan bunuh diri karena sedang menghadapi masalah tertentu tanpa sengaja mendapatkan ide pembunuhan kasus yang disiarkan atau diberitakan oleh media.

Pemberitaan di koran dinilai punya efek copycat suicide lebih besar dibandingkan televisi. Pelaku bunuh diri bisa membaca berita kasus bunuh diri secara berulang-ulang dan mempelajari kasus tersebut.

Media massa sebenarnya punya kesempatan untuk mereduksi kasus copycat suicide. Salah satu cara tersebut adalah menyebarkan informasi soal penyebab bunuh diri, misalnya faktor kesehatan mental, dan cara mengatasi masalah tersebut. Hal yang berisiko memicu terjadinya copycat suicide adalah pembahasan metode bunuh diri yang digunakan oleh pelaku bunuh diri.

Itulah beberapa informasi untuk lebih mengenal copycat suicide. Dapatkan informasi menarik lainnya dengan terus mengikuti Era.id.

Rekomendasi