ERA.id - Salah satu penyebab orang meninggal saat atau setelah olahraga, adalah serangan jantung. Oleh sebab itu, kita perlu tahu pertolongan pertama serangan jantung saat olahraga agar bisa segera membantu orang yang mengalaminya.
Pemberian bantuan terhadap kondisi ini tidak hanya bisa dilakukan oleh medik atau tenaga medis. Masyarakat umum pun bisa melakukan tindakan dasar pertolongan demi keselamatan nyawa orang lain.
Mengenal serangan jantung saat olahraga
Selain mengetahui pertolongan pertama serangan jantung saat olahraga, kita juga perlu tahu apa penyebab dari kondisi tersebut. Perawat RSUP Dr. Kariadi, Subiyanto, menjelaskan bahwa serangan jantung saat olahraga terjadi karena olahraga dilakukan dengan memaksakan diri (memforsir).
“Serangan jantung saat olahraga terjadi ketika olahraga terlalu diforsir,” terang Subiyanto, dilansir situs web resmi Prov. Jawa Tengah.
Ketika olahraga dilakukan dengan memforsir diri, pelepasan hormon adrenalin terjadi dengan sangat cepat dan masuk ke pembuluh darah. Hal tersebut memicu jantung terhenti sebab darah tidak bisa didistribusikan.
Subiyanto menyarankan, olahraga sebaiknya dilakukan sesuai kemampuan diri atau tubuh. Terlebih lagi, orang dengan usia 50 tahun ke atas dianjurkan tidak melakukan olahraga berat. Olahraga yang bisa dilakukan oleh orang berusia 50 tahun ke atas adalah olahraga ringan, misalnya joging.
Hal lain yang perlu diingat untuk mencegah serangan jantung saat olahraga adalah pemanasan sebelum memulai olahraga utama. Hal ini dilakukan untuk melepaskan hormon adrenalin dan merelaksasi tubuh sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh darah secara mendadak.
Pertolongan pertama serangan jantung saat olahraga
Selain tips cegah serangan jantung mendadak saat olahraga, Subiyanto juga memberikan pengetahuan terkait pertolongan pertama terhadap orang yang mengalami henti jantung. Pertolongan pertama ini disebut Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan 3A, yaitu Aman diri, Aman pasien/ korban, dan Aman lingkungan. Maksudnya adalah kita sebagai pihak pemberi pertolongan harus memastikan keamanan kondisi kita sendiri, korban, dan lingkungan tempat pemberian pertolongan. Setelah itu, telentangkan tubuh korban.
Kedua, cek respons korban. Caranya adalah dengan memanggil dan menepuk bahu korban dengan lembut. Ketiga, panggil bantuan orang lain dengan melambai dan berteriak minta tolong. Jika tidak ada orang di sekitar, panggil ambulans melalui nomor telepon 119.
Keempat, cek nadi korban. Caranya adalah dengan menekan lembut bagian leher atau pergelangan tangan korban dengan dua jari selama kurang dari 10 detik. Jika tidak ada detak nadi (jantung) dan napas, berikan pijat jantung kepada korban dengan melakukan 30 kali kompresi diikuti dua kali bantuan napas.
Cara melakukan hal tersebut, telentangkan tubuh korban di atas permukaan yang datar dan keras. Anda sebagai pihak penolong berlutut di samping kanan korban dan letakkan pangkal telapak tangan Anda pada tengah-tengah dada korban. Posisi tangan Anda adalah bertumpuk dengan jari ditautkan (posisi tangan pada lower half of sternum).
“Perbandingan antara kompresi dada dan bantuan nafas 30:2. Lakukan kompresi dengan kedalaman 5—6 cm ke dalam dada dengan kepatan 100 kali/menit, dan dilakukan selama 5 siklus,” jelas Subiyanto.
Untuk membuka jalan napas korban, lanjut Subiyanto, Anda bisa melakukan head tilt, chin lift, atau jaw thrust kepada korban. Setelah itu, berikan napas buatan menggunakan barrier mouth to mouth atau ambubag.
Jika ingin memberikan napas butan dari mulut ke mulut, tambahnya, pastikan penolong dan korban tidak punya penyakit menular. Jika ragu, pemberian napas dari mulut ke mulut sebaiknya tidak dilakukan.
Serangan jantung tidak bisa ditebak datangnya. Namun, terang Subiyanto, ada tanda-tanda yang bisa diketahui. Jika tubuh terasa tidak nyaman, pusing, atau sesak, sebaiknya Anda tidak melanjutkan olahraga atau aktivitas berat yang sedang dilakukan.
Dia juga menyarankan kita agar terhindar dari stres (salah satu pemicu serangan jantung). Untuk melakukannya, kita perlu rajin relaksasi dan berpikiran positif sehingga hormon serotonin atau hormon bahagia optimal meningkat.
Itulah berbagai informasi mengenai pertolongan pertama serangan jantung saat olahraga. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, ikuti terus Era.id.