ERA.id - Belum lama ini tengah viral unggahan di media sosial terkait kandungan bromat bahwa rasa manis yang biasanya ada di air mineral kemasan berasal dari bromat yang kandungannya di luar ambang batas aman. Bromat tidak boleh melebihi ambang batas yang ditetapkan dalam air minum kemasan karena dianggap berbahaya. Apa itu bromat?
Pengertian Apa Itu Bromat
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bromat adalah senyawa kimia yang terbentuk di dalam air selama proses ozonisasi ketika terdapat ion bromida. Proses ozonisasi ini berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna pada air sehingga membuatnya lebih murni.
Beberapa faktor akan memengaruhi terbentuknya bromat, seperti konsentrasi ion bromida, PH air, kadar ozon, serta waktu kontak bromida dan ozon yang digunakan untuk disinfeksi.
Bromat akan muncul saat ozon yang digunakan untuk mendesinfeksi air minum bereaksi dengan bromida alami yang ditemukan di sumber air. Bromida mengandung unsur Brom (Br) yang bermuatan negatif.
Ion bromide terbentuk dari proses intrusi atau perembesan air laut ke sumber air tawar, pembuangan limbah industri, penggunaan metil bromide pada tanaman, ataupun proses pelarutan mineral dari formasi geologi.
Ion bromide yang terkandung dalam air mineral akan bereaksi secara kimiawi dan teroksidasi dengan ozon saat proses sterilisasi sehingga membentuk ion bromat.
Brom yang bermuatan negatif bisa bereaksi dengan ozon atau O3 dan terbentuklah senyawa Bromat atau BrO3 ketika dilakukan ozonisasi.
Melansir Department of Health New York State, setiap air mineral pasti memiliki kadar bromat di dalamnya. Namun, untuk memperkecil risiko terjadinya kanker akibat minum air kemasan mengandung bromat, maka ditetapkan batas aman kandungan zat ini di air mineral.
Bromat dapat memengaruhi bioaktivitas manusia dan hewan. Bromat merupakan senyawa kimia yang bersifat karsinogenik atau senyawa yang bisa menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Bromat cukup berbahaya. Beberapa orang yang mengonsumsi bromat dalam jumlah besar mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut. Beberapa orang yang mengonsumsi bromat dengan konsentrasi tinggi dapat mengalami efek ginjal, efek sistem saraf, dan gangguan pendengaran.
Koordinator Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Eka Rosmalasari, memastikan bahwa air mineral yang beredar di Indonesia memiliki kadar bromat yang masih dalam batas aman.
Hal tersebut diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disesuaikan dengan jenis produknya separti air mineral (SNI 3553:2015), air demineral (SNI 6241:2015), air mineral alami (SNI 6242:2015), dan air minum embun (SNI 78122013).
Ini berarti bahwa air mineral kemasan yang dijual di Indonesia tidak memiliki kandungan bromat di atas 0,01 mg/l sehingga masih aman dikonsumsi.
Di sisi lain, Eka menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatur kadar maksimal bromat pada air minum sebesar 0,01 mg/l sesuai Consensus WHO Drinking Water Guideline.
BPOM Rutin Lakukan Pengawasan
Eka juga menyatakan, BPOM rutin melakukan pengawasan terhadap air minum kemasan yang beredar di Indonesia, termasuk kadar bromat yang terkandung di dalamnya. BPOM selalu mengedepankan pembuktian ilmiah dan objektif dalam proses pengawasan peredaran obat dan makanan. Ini termasuk dengan melakukan pengujian terhadap air minum tersebut sebelum diedarkan.
Air yang mengandung ion bromide dapat diproses salah satunya melalui metode Reverse Osmosis untuk menghilangkan 93-96 persen ion bromide dari air minum.
Untuk mengendalikan hal tersebut maka semua industri AMDK diwajibkan untuk memberikan data analisis kandungan bromat di laboratorium kepada BPOM secara berkala.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…