Kabar Baik! Merck Ajukan Izin Darurat Pil Obat untuk COVID-19

| 03 Oct 2021 19:16
Kabar Baik! Merck Ajukan Izin Darurat Pil Obat untuk COVID-19
Molnupiravir

ERA.id - Perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck, mengeklaim telah berhasil mengembangkan obat antivirus yang diklaim mampu mengurangi separuh risiko kematian dan rawat inap akibat virus COVID-19.

Obat antivirus tersebut sudah melalui serangkaian uji klinis hingga tahap III dan menjadi obat jenis molnupiravir pertama yang digunakan dalam pengobatan COVID-19.

Molnupiravir sendiri merupakan obat yang dirancang untuk merusak kode genetik virus.

Saat ini, Merck tengah mengajukan permohonan izin darurat penggunaan obat (EUA) tersebut di Amerika Serikat. Jika lolos, maka molnupiravir ini akan menjadi obat antivirus pertama yang diberikan secara oral atau lewat mulut untuk pasien COVID-19.

“(Obat Molnupiravir) ini akan mengubah perbincangan tentang bagaimana kita bisa menangani COVID-19,” tutur CEO Merck & CO Robert Davis, dikutip dari Reuters, Minggu (3/10/2021).

Uji klinis Obat antivirus Molnupiravir tersebut telah melibatkan 775 pasien yang terkonfirmasi COVID-19 dengan risiko keparahan. Mereka memiliki setidaknya satu faktor risiko mengalami keparahan, dan di antaranya mengalami obesitas dan pasien lansia. Selama lima hari mereka meminum obat antivirus molnupiravir dua kali sehari di rumah.

Hasilnya, 7,3 persen kelompok tersebut dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang meninggal dunia usai 29 hari pemberian obat. Sementara 14,1 persen pasien yang diberi plasebo terjadi kematian sebanyak 8 pasien.

Merck mengungkap, dari hasil viral sequencing, obat antivirus tersebut juga akan tetap efektif dalam mengobati varian baru COVID-19 yang bisa muncul di masa mendatang.

Saat ini, Molnupiravir juga sedang dipelajari dalam uji coba fase ketiga untuk mencegah infeksi pada orang yang terpapar COVID-19.

Sampai saat ini, Merck telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan obat di India untuk lisensi obat molnupiravir tersebut,guna didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Rekomendasi