ERA.id - Dislokasi tulang leher (cervical vertebrae) terjadi ketika posisi ruas tulang leher bergeser atau keluar dari sendi, dalam kondisi tertentu cedera ini dapat berakibat fatal seperti kelumpuhan hingga kematian.
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dr. S. Dohar AL Tobing, SpOT(K-Spine) mengatakan walaupun leher manusia memiliki fleksibilitas gerak namun kelenturan tersebut ada batasnya sehingga ruas tulang leher lebih rentan terhadap cedera.
“Jika cedera tersebut melebihi dari kapasitas yang bisa dilakukan oleh setiap ruas akibatnya fungsi pengaman dari masing-masing ruas itu bisa jebol. Kalau fungsi pengamannya rusak, baik sendi maupun ligamen, maka ruas tersebut bisa bergeser antara satu ruas dengan ruas lainnya,” kata Dohar seperti dikutip Antara, Jumat (27/12/2021).
Tulang leher terdiri dari tujuh ruas yang dinamakan C1 hingga C7 yang menghubungkan bagian tengkorak dengan ruas tulang belakang, letaknya tepat di depan sumsum tulang belakang. Fungsi tulang leher harus didukung oleh sendi, otot, tendon, dan ligamen, agar dapat menopang beban kepala.
Dohar menjelaskan pergeseran pada ruas tulang leher dapat menimbulkan risiko fatal karena daerah tersebut dekat dengan sistem saraf yang menghubungkan fungsi ekstremitas atau anggota gerak pada tubuh, dari ekstremitas atas hingga ekstremitas bawah.
“Kalau mengalami cedera apalagi dislokasi pergeseran yang ekstrem, maka saraf itu bisa terjepit bahkan terputus. Akibatnya orang bisa mengalami kelumpuhan pada keempat ekstremitasnya,” ujar dokter yang berpraktik di RSUP Cipto Mangunkusumo itu.
Selain mendukung fungsi anggota gerak, sistem saraf juga mendukung fungsi otot pernapasan, keringat, buang air besar hingga buang air kecil. Seluruh fungsi tersebut dikomandokan dari otak kemudian diteruskan hingga ke bawah melalui sumsum saraf tulang belakang.
Dislokasi tulang leher sempat dialami mendiang selebgram Edelenyi Laura Anna yang menyebabkan kelumpuhan pada sebagian tubuhnya.
Dohar juga mencontohkan kasus yang dialami mendiang Christopher Reeve yang mengalami cedera ketika sedang berkuda. Selain anggota geraknya lumpuh, Reeve juga mengalami kelumpuhan pada otot pernapasan sehingga harus menggunakan alat bantu napas agar bisa tetap bernapas.
“Dislokasi pada tulang leher ini bisa berakibat sangat berat bahkan bisa mengancam nyawa karena mengganggu otot-otot pernapasan,” tuturnya.
Apa yang dialami Laura dan Reeve termasuk dalam cedera traumatis akibat kecelakaan. Dohar mengatakan dalam kasus tertentu dislokasi tulang leher juga bisa berpotensi terjadi pada orang-orang yang tidak mengalami cedera traumatis, contohnya penderita rematik arthritis yang menyerang jaringan-jaringan pengikat di ruas tulang leher.
“Seseorang barangkali tidak mengalami cedera yang hebat. Tapi dengan aktivitas yang normal saja oleh karena pengikat antar-ruas sudah tidak kuat, maka bisa bergeser dengan sendirinya,” ujarnya.
Dohar mengatakan pada umumnya pemulihan dislokasi tulang leher sangat sulit dilakukan, terutama pada cedera saraf kategori berat. Meski demikian, tambahnya, dokter akan tetap melakukan tindakan dan prosedur medis untuk mencari potensi pemulihan, sesedikit apapun kemajuannya.