ERA.id - Kepolisian Ekuador berhasil menangkap 13 pria bersenjata yang melakukan sabotase di sebuah televisi nasional, Selasa (9/1/2024) waktu setempat. Dari penangkapan itu, polisi menyita senjata api hingga bahan peledak.
“Operasi polisi di TC Television menyebabkan 13 orang ditangkap, senjata, bahan peledak dan barang bukti lainnya,” kata kepala polisi Ekuador, Cesar Augusto Zapata, pada X.
Zapata membenarkan bahwa para sandera telah dibebaskan dan "dibawa ke tempat aman" dan menggambarkan insiden itu sebagai "aksi teroris".
Postingan tersebut memuat gambar beberapa pria dengan tangan terikat di belakang punggung.
Tak lama setelah orang-orang bersenjata bertopeng menghentikan siaran langsung tersebut, Presiden Daniel Noboa mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa negaranya telah memasuki "konflik bersenjata internal". Keputusan tersebut menetapkan 22 geng penyelundup narkoba yang beroperasi di negara tersebut sebagai kelompok teroris.
“Saya sudah perintahkan TNI untuk melakukan operasi militer untuk menetralisir kelompok-kelompok tersebut,” kata Presiden, dikutip AFP, Rabu (10/1/2024).
Insiden kekerasan lainnya terjadi di seluruh negeri pada hari Selasa.
Profesor dan mahasiswa di Universitas Guayaquil berlindung di ruang kelas setelah sebuah organisasi kriminal mengambil alih fasilitas tersebut.
Kementerian Pendidikan mengumumkan penangguhan kelas tatap muka secara nasional, dan menetapkan peralihan ke metode non-tatap muka di seluruh sistem pendidikan nasional sebagai akibat dari krisis keamanan.
Media lokal juga melaporkan orang-orang bersenjata di sebuah rumah sakit di Guayaquil.
Deklarasi konflik internal terjadi satu hari setelah Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari di seluruh Ekuador akibat krisis penjara dan keamanan serius yang dialami negara tersebut.
Keputusan itu diambil setelah salah satu pemimpin geng paling berbahaya di negara itu dilaporkan hilang dari penjara pada hari Senin, memicu serangkaian kerusuhan di setidaknya enam penjara di negara tersebut