Kisah Wanita China Pura-Pura Lumpuh 20 Tahun, Ternyata Idap Penyakit Histeria

| 06 Mar 2024 20:20
Kisah Wanita China Pura-Pura Lumpuh 20 Tahun, Ternyata Idap Penyakit Histeria
Wanita pura-pura lumpuh (Dok: min.news)

ERA.id - Seorang wanita di Provinsi Hebei, Tiongkok, pura-pura lumpuh selama 20 tahun. Wanita itu belakangan terserang penyakit 'histeria' atau gangguan psikologis.

Wu Guiying merupakan wanita asal Tiongkok, China yang tidak pernah menderita kelumpuhan. Dia menolak untuk menggerakan tubuhnya setelah dipukuli oleh kakaknya ketika berusia 15 tahun.

Saat itu dia mengatakan ke orang tuanya bahwa dirinya tidak bisa berdiri dan dirawat oleh ibunya selama hampir 20 tahun. Namun setelah puluhan tahun merawat Wu, ibunya meninggal dunia sehingga dia diasuh oleh kakaknya, Wu Guiling.

Saat berada di bawah pengasuhan kakaknya, Wu hanya hidup di atas kasur sedangkan kakak dan suaminya bekerja.

Suatu hari pada Mei 2008, anak dari kakaknya tidak sengaja melihat Wu tiba-tiba berdiri setelah 20 tahun hidup di atas kasur. Keponakannya itu pun histeris dan melaporkan ke orang tuanya atas apa yang dia saksikan.

"Ibu, bibi, dia berdiri!" kata anak Wu Guiling.

Mendengar perkataan putrinya, Wu Guiling tidak percaya sama sekali, adiknya Wu Guiying telah lumpuh di tempat tidur selama dua puluh tahun, dan dia biasanya harus bergantung pada orang lain untuk merawatnya ketika dia makan, minum, dan tidur bisa berdiri.

Sayangnya Wu tidak mengakui hal tersebut. Wu menegaskan bahwa dirinya lumpuh dan tidak bisa berjalan sejak puluhan tahun lalu.

Meski demikian, Wu Guiling yang juga sempat mencurigai adiknya hanya berpura-pura memutuskan untuk memasang kamera CCTV setahun kemudian. Dari rekaman tersebut, terbukti bahwa Wu tidak lumpuh.

Bukan hanya itu saja, anggota tubuh sang adik relatif lemah dan giginya sudah lama patah karena minum air gula. Pada penyakit lain, anggota badan dan ototnya tampak tidak mengecil.

"Tahukah kamu bahwa kamu bisa berdiri dan berjalan?" tanya Wu Guiling kepada sang adik.

Wu Guiying segera menyangkal dan mengatakan dia tidak tahu bahwa dirinya bisa berjalan.

"Saya tidak tahu," katanya.

Berbagai pertimbangan pun dipikirkan oleh Wu Guiling hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa sang adik ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan, Wu dinyatakan sehat dan tidak lumpuh. Dia hanya tidak mau berdiri.

Setelah mengetahui kondisi Wu Guiying, seorang dokter di bagian psikiatri Rumah Sakit Kelima Kota Hengshui mengatakan bahwa Wu Guiying mungkin menderita histeria.

Melansir dari min.news, histeria adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan tingkah laku emosional berlebihan. Orang dengan kondisi ini bisa saja sadar akan perilakunya, tetapi terkadang bisa juga tidak. Hysteria bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari serangan panik, trauma psikologis berat, hingga gangguan kepribadian.

Pada 12 Januari 2009, keluarga Wu membawanya ke Shanghai untuk mencari bantuan ke Che Jielong, psikolog di China Normal University. Saat bertemu dengan WU, Che menilai bahwa ia tidak memiliki keinginan yang kuat untuk berdiri.

Ketika Che Jielong mendapatkan kepercayaan Wu Guiying dan mencoba membantunya berdiri, Wu Guiying menutup matanya, mengerutkan alisnya, dan terus bernapas dengan berat di mulutnya, terlihat sangat kesakitan.

Melihat penolakan tersebut, Che pun menyerah dan memilih cara lain agar bisa membuat Wu mau berdiri dan berjalan. Untuk pasien yang mirip histeria, psikoterapis umumnya menggunakan metode seperti "pujian" dan "dorongan" untuk memberi tahu mereka apa manfaat berdiri.

Namun dalam menghadapi pasien seperti Wu Guiying, Che Jielong merasa cara ini mungkin tidak akan berhasil. Setelah beberapa hari mengamati, dia mendapatkan ide bagus. Dia secara terang-terangan menyebut Wu telah menipu keluarganya dan memberi sedikit 'ancaman'.

"Kamu menipu kakakmu. Bicaralah dengan orang-orang di sekitarmu, tapi kamu tidak bisa berbohong padaku. Jangan berpura-pura. Hari ini aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Jika masih tidak mau berdiri, Anda hanya bisa berbaring seumur hidup," ucap Che kepada Wu saat itu.

Ucapan Che yang dirasa mustahil itu rupanya membuahkan hasil. Wu secara mengejutkan perlahan berdiri dan berjalan beberapa langkah sambil gemetar.

Meski demikian, Che mengatakan penyakit Wu bisa kambuh kapan saja, terlebih saat dia kembali ke daerah yang membuatnya nyaman dengan kondisi fisiknya.

Di bawah dorongan dari keluarga saudara perempuannya, Wu bersikeras untuk menjalani pelatihan rehabilitasi setiap hari, dan sekarang dia telah mampu melakukannya dengan bergerak bebas, dan berat badannya berangsur-angsur bertambah.

Menurut laporan laitimes, pada Hari Tahun Baru 2022, ketika seorang reporter pergi mengunjungi Wu Guiying di Desa Yejiapu, Kabupaten Fucheng, dia berhenti menghindari kamera, dan tampaknya setelah kejadian dia menjadi dewasa dan tidak lagi membenci kakaknya.

Wu bahkan mengungkap harapannya di masa depan dengan mengatakan bahwa dia tidak akan menghabiskan waktunya dengan berbaring di tempat tidur. Dia bahkan berharap bisa menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia dengan keluarga kecilnya suatu saat nanti.

Rekomendasi