ERA.id - Kanada mengumumkan kenaikan lima kali lipat dari jumlah visa untuk warga Palestina yang ingin bergabung dengan anggota keluarga mereka di negara tersebut. Jumlah visa yang ditawarkan oleh Kanada ialah 5.000 kuota.
Menteri Imigrasi Kanada Marc Miller mengatakan bahwa Ottawa akan meningkatkan jumlah visa yang ditawarkan kepada penduduk di Gaza menjadi 5.000 berdasarkan program khusus yang diumumkan pada bulan Desember.
“Kami tetap sangat prihatin atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Banyak orang khawatir terhadap orang-orang yang mereka cintai dan telah menyatakan minat yang besar terhadap tindakan khusus sementara yang kami terapkan untuk keluarga besar mereka di Gaza,” kata Miller dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Jazeera, Selasa (28/5/2024).
Lalu, kata Miller, pemerintah berupaya membantu warga Palestina yang mencoba meninggalkan Gaza, namun pergerakan keluar dari wilayah tersebut saat ini tidak memungkinkan karena faktor-faktor di luar kendali Ottawa.
Warga Gaza yang ingin bergabung dengan keluarga Kanada harus mendapatkan persetujuan dari otoritas Israel untuk meninggalkan wilayah tersebut, sebelum menjalani pemeriksaan biometrik di Mesir.
Militer Israel awal bulan ini menguasai sisi Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir sebagai bagian dari serangannya di kota selatan tersebut.
"Meskipun pergerakan keluar dari Gaza saat ini tidak memungkinkan, situasinya dapat berubah sewaktu-waktu. Dengan peningkatan batas ini, kami akan siap membantu lebih banyak orang seiring dengan perkembangan situasi. Fokus kami tetap menjaga keutuhan keluarga," jelasnya.
“Kanada terus mengajukan nama-nama mereka yang telah melewati pemeriksaan awal kepada otoritas setempat untuk mengamankan keluarnya mereka dari Gaza. Israel dan Mesir merupakan mitra penting dalam menerapkan langkah-langkah kemanusiaan sementara ini dan membantu orang-orang bersatu kembali dengan keluarga mereka di Kanada," tambah Miller.
Pengumuman tersebut disampaikan ketika Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly bergabung dengan kecaman internasional menyusul serangan udara Israel yang mematikan terhadap sebuah kamp pengungsi Palestina di Rafah.
"Tingkat penderitaan manusia ini harus diakhiri. Kami menuntut gencatan senjata segera," kata Joly dalam sebuah pernyataan.
Setidaknya 45 orang, termasuk 23 wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dan 249 lainnya terluka dalam serangan di tenda kamp tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kematian warga sipil adalah kesalahan tragis dan insiden tersebut sedang diselidiki.