ERA.id - Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, muncul untuk pertama kalinya sejak dinyatakan bebas bersyarat atas kasus yang menjeratnya. Kemunculan Pavel Durov itu dibarengi dengan kecaman kepada Prancis atas penangkapan dan tuduhan terhadap dirinya.
Dalam pernyataan panjang di saluran Telegram, Pavel Durov mengatakan bahwa penangkapan dan penahanan dirinya sangat mengejutkan. Apalagi, dia diminta bertanggung jawab atas konten yang dimiliki oleh orang lain.
"Menggunakan undang-undang dari era pra-ponsel pintar untuk mendakwa seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah arah," katanya.
Pavel juga mengecam klaim bahwa Telegram disebut sebagai 'surga anarkis', yang dia bantas sepenuhnya. Dia juga turut membantah tuduhan platformnya tidak berperan aktif dalam memberantas unggahan eksplisit.
"Kami menghapus jutaan unggahan dan saluran yang berbahaya setiap hari," tegasnya.
Selain itu, Pavel juga membantah tuduhan Prancis bahwa Paris belum menerima tanggapan dari Telegram atas permintaanya. Dia bahkan membantu otoritas Prancis membuat saluran telepon dengan Telegram untuk menangani ancaman terorisme di negara tersebut.
Sejak kasus penangkapannya menjadi sorotan dunia, Pavel mengatakan jumlah pengguna Telegram meningkat menjadi 950 juta di seluruh dunia. Peningkatan jumlah pengguna ini justru membuat Pavel khawatir akan lebih banyak kejahatan dengan kasus serupa.
"Itulah sebabnya saya menjadikannya tujuan pribadi saya untuk memastikan kami meningkatkan berbagai hal (keamanan) secara signifikan dalam hal ini," katanya.
"Saya berharap bahwa peristiwa bulan Agustus akan menghasilkan Telegram dan industri jejaring sosial secara keseluruhan yang lebih aman dan kuat," imbuhnya.
Pavel Durov sebelumnya dinyatakan bebas bersyarat oleh otoritas Prancis setelah membayar uang jaminan sebesar 5 juta euro (Rp85 miliar). Dia ditangkap pada 24 Agustus di bandara Le Bourget di luar Paris saat turun dari jet pribadinya.
Sebelum dinyatakan bebas, Pavel sempat menjalani pemeriksaan dan penahanan selama kurang lebih empat hari.
Pavel Durov adalah warga negara Rusia, Prancis, dan Uni Emirat Arab, tempat Telegram berkantor pusat. Menurut majalah Forbes, kekayaan yang dimiliki Pavel berkisar mencapai 15,5 miliar dolar AS.