Peneliti: 800 Orang Meninggal karena Kesalahan Informasi Covid-19

| 13 Aug 2020 10:35
Peneliti: 800 Orang Meninggal karena Kesalahan Informasi Covid-19
Gambar oleh Vojtěch Kučera dari Pixabay

ERA.id - Di awal kemunculan Covid-19 di planet ini, dunia kebingungan. Segala macam informasi, mulai dari jenis, pencegahan, obat dan analisa, bermunculan. Tidak ada yang tahu, mana yang benar. Karena itu juga, ada 800 orang meninggal.

Hal ini terungkap dalam studi yang diterbitkan American Journal of Tropical Medicine and Hygiene dan ditulis ulang oleh BBC, Kamis (13/8/2020). Jurnal ini menyebut, ada 800 orang meninggal di seluruh dunia karena kesalahan informasi terkait virus corona. Dan itu terjadi pada tiga bulan pertama tahun ini. Ada juga 5.800 orang dirawat di rumah sakit akibat informasi palsu di media sosial.

Tak perlu merujuk pada negara lain. Akui saja, di awal-awal pandemi, WhatsApp Grup kita isinya didominasi dengan pesan terusan soal analisa virus Corona. Kita dipersilakan minum jus lemon, perbanyak minum air hangat. Atau mengonsumsi pil kina hingga metanol atau produk pembersih berbasis alkohol.

Mereka secara keliru percaya bahwa produk tersebut adalah obat untuk virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah wanti-wanti, kalau "infodemik" seputar Covid-19 menyebar secepat virus itu sendiri. Isinya teori konspirasi, rumor dan stigma budaya yang semuanya berkontribusi pada kematian dan cedera.

Jurnal ini menulis kalau banyak korban yang telah mengikuti saran 'palsu' itu. Seakan-akan seperti =informasi medis yang kredibel - seperti makan bawang putih dalam jumlah besar atau mengonsumsi vitamin dalam jumlah besar - sebagai cara mencegah virus. Malah jurnal ini juga menulis kalau mereka mendapat informasi palsu lainnya seperti meminum zat seperti air seni sapi.

Makalah tersebut menyimpulkan bahwa tanggung jawab lembaga internasional, pemerintah, dan platform media sosial untuk melawan "infodemik" ini, tetapi perusahaan teknologi telah dikritik karena respons mereka yang lambat dan tidak merata. Di Inggris Raya, undang-undang untuk mengatur bahaya online mungkin akan tinggal beberapa tahun lagi.

Investigasi BBC sendiri menemukan kaitan dengan penyerangan, pembakaran, dan kematian akibat informasi yang salah tentang virus tersebut, dan berbicara dengan dokter, ahli, dan korban tentang pengalaman mereka.

Rumor online menyebabkan serangan massa di India dan keracunan massal di Iran. Insinyur telekomunikasi telah diancam dan diserang dan tiang telepon telah dibakar di Inggris dan negara lain karena teori konspirasi yang telah diinkubasi dan diperkuat secara online.

Media sosial juga membantu para penipu untuk memanfaatkan pandemi, menjual lencana tidak efektif yang mengklaim dapat menangkal virus, dan mendesak pengikut untuk memberikan uang sebagai imbalan untuk "suplemen ajaib mineral", yang - pada kenyataannya - pemutih yang diencerkan.

Tags : virus covid-19
Rekomendasi