Asosiasi Peneliti Klinis Rusia Kritik Vaksin COVID-19 Sputnik V

| 13 Aug 2020 15:23
Asosiasi Peneliti Klinis Rusia Kritik Vaksin COVID-19 Sputnik V
Federasi Penelitian Klinis Rusia sempat mengajukan banding ke Kementerian Kesehatan Rusia atas sertifikasi vaksin COVID-19 buatan Gamaleya Institute, Selasa (12/8/2020) karena vaksin tersebut belum merampungkan uji klinis terakhir.

ERA.id - Selain menerima kritikan dari publik medis internasional, dirilisnya sertifikat registrasi vaksin COVID-19 bernama "Sputnik V" oleh pemerintah Rusia ternyata juga mendapat kecaman dari publiknya sendiri. Asosiasi penelitian klinis Rusia bahkan sudah menggugat vaksin tersebut pada Senin (10/8/2020), seperti dilaporkan majalah Science.

Pada Selasa lalu, Presiden Putin berbicara kepada kabinetnya bahwa pemerintah Rusia menerima kandidat vaksin COVID-19 yang dibuat oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology.Namun, tidak seperti pada umumnya, vaksin dengan metode adenovirus tersebut belum melewati uji klinis fase 3 untuk membuktikan efektivitasnya.

"Ini memalukan," kata Svetlana Zavidova, pengacara sekaligus pemimpin Asosiasi Organisasi Riset Klinis Rusia, seperti dikutip majalah Science, Rabu (11/8/2020).

"Saya sangat malu dengan negara saya."

Zavidova, yang telah menangani banyak uji klinis selama 20 tahun terakhir, pada Senin mengirim surat gugatan ke Kementerian Kesehatan Rusia yang isinya memohon agar sertifikasi vaksin tersebut ditunda hingga terdapat hasil uji klinis.

"Registrasi yang dipercepat tidak membuat Rusia menjadi yang terdepan. Hal ini hanya akan menempatkan pengguna vaksin, warga Federasi Rusia, berada dalam bahaya yang sebenarnya bisa dihindari," tulis Zavidova dalam pernyataan asosiasi tersebut.

Rilis dari Kementerian Kesehatan Rusia berisi pernyataan bahwa Gamaleya berpengalaman dalam memproduksi vaksin dan kandidat vaksin Sputnik V "sangat efektif dan aman". Vaksin ini disebut akan memberi kekebalan terhadap SARS-CoV-2 selama 2 tahun, sebuah klaim yang tidak dijelaskan pendasarannya.

Kementerian Kesehatan Rusia tidak pernah meminta umpan balik dari komunitas sains di Rusia, kata Alexey Chumakov, seorang periset di sebuah institut studi virus di Moskow. Ia mengkhawatirkan "ada sekitar 20 persen kemungkinan bahwa [vaksin] tersebut justru akan memperparah keadaan."

Berkurangnya jumlah pakar virus di China juga membuat proses sertifikasi darurat dari COVID-19 ini melenggang kangkung.

"Hanya sangat sedikit studi sains yang tersisa di Rusia setelah 30 tahun ini, sehingga tidak ada banyak orang yang berani berkata apa-apa tentang proses yang terjadi," kata Chumakov, yang melakukan riset kanker di Amerika Serikat selama 20 tahun.

Situs web vaksin Sputnik V menyebutkan bahwa uji klinis fase 3 yang melibatkan 2.000 orang relawan telah dimulai pada Rabu (12/08/2020) di Rusia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan Meksiko. Produksi masal dari vaksin itu dijadwalkan akan dimulai bulan September 2020.

Rekomendasi