ERA.id - Dua kota di China telah menemukan jejak virus korona di sejumlah kargo makanan beku impor, kata otoritas setempat, Kamis (13/8/2020), menyanggah pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa virus tersebut tidak terlalu beresiko mencemari rantai pasok makanan.
Sampel yang diambil dari sayap daging ayam asal Brasil yang diimpor ke kota Shenzhen, serta sejumlah sampel bungkus udang beku dari Ekuador yang diimpor ke kota Xian, terbukti membawa virus korona, kata otoritas terkait, seperti diberitakan Channel News Asia (CNA).
Di kala meningkatnya jumlah infeksi COVID-19 secara global, penemuan tersebut makin menguatkan dugaan bahwa virus ini menyebar lewat permukaan benda dan bahkan mencemari rantai pasok makanan. Satu hari sebelumnya, sejumlah pejabat mulai menyidik kemungkinan apakah kasus infeksi COVID-19 pertama di New Zealand berasal dari kiriman kargo.
Seperti ditulis CNA, virus bisa bertahan selama 2 tahun di suhu minus 20 derajat Celsius, namun para peneliti dan pejabat publik sejauh ini belum memiliki bukti yang cukup bahwa virus korona bertahan di makanan beku.
"Orang-orang tak perlu takut pada makanan, bungkus makanan, atau jasa pengiriman makanan," kata kepala program darurat WHO Mike Ryan.
"Tidak ada bukti bahwa makanan atau rantai pasok makanan berperan dalam penyebaran virus. Masyarakat perlu merasa aman dan nyaman."
Hal ini diperkuat dengan temuan epidemiolog WHO Maria van Kerkhove bahwa China telah menguji ratusan ribu bungkus makanan dan "menemukan sangat sedikit, kurang dari 10 [bungkus]" yang positif mengandung virus.
Sementara itu, Badan Obat dan Makanan AS dan Kementerian Pertanian AS dalam pernyataan bersama juga mengatakan "tidak ada bukti bahwa orang bisa tertular COVID-19 dari makanan atau bungkus makanan."
CNA melaporkan bahwa otoritas kesehatan Shenzhen telah melacak dan menguji tiap orang yang mungkin telah berkontak dengan produk makanan yang tercemar virus COVID-19, dan semua menunjukkan hasil negative, kata pernyataan dari kota Shenzhen.
"Sulit mengatakan pada fase apakah daging ayam beku tersebut tercemar," kata salah satu pejabat pengekspor daging dari Brazil, yang menjalankan operasinya di China.
Saat ini, selain memonitor seluruh kontainer daging dan produk sea food yang memasuki pelabuhan utama dalam beberapa bulan terakhir, China juga telah menangguhkan proses impor daging dari berbagai tempat, termasuk Brazil, sejak pertengahan Juni.
Klaster COVID-19 pertama di dunia berada di pasar seafood Huanan di kota Wuhan, China. Penelitian terdahulu mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang mengakibatkan gejala pneumonia akut pada penderitanya berawal dari produk daging basah yang dijual di pasar tersebut.
Sementara itu pasar Xinfadi, yang menjual beragam jenis makanan di kota Beijing, menjadi penyebab munculnya sebuah klaster COVID-19 terbaru di bulan Juni. Pejabat kesehatan setempat mengatakan bahwa virus korona ditemukan di talenan yang dipakai untuk memotong ikan salmon impor.