Rusia Ancang-Ancang Menggoyang Pilpres AS

| 18 Sep 2020 17:45
Rusia Ancang-Ancang Menggoyang Pilpres AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin (CNN)

ERA.id - Rusia ternyata belum berhenti menimbulkan kegaduhan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat tahun 2016. Badan Intelijen AS (FBI) masih mencatat gelagat kaki-tangan Kremlin untuk menggoyang pilpres Amerika November nanti.

Direktur FBI Christopher Wray pada Kamis (17/9/2020) lalu memberitahu bahwa Rusia aktif melakukan gangguan ke ajang pemilihan presiden AS 2020 dengan menyebarkan informasi palsu yang merugikan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Serangan yang membuat warga AS skeptis pada validitas penyelenggaraan pemilu juga terus terjadi.

Berbicara di depan komite pertahanan dalam negeri DPR AS, Wray juga mengatakan bahwa Rusia secara aktif berusaha mengikis pandangan anti-Rusia di kalangan warga AS.

Agen-agen Rusia, kata Wray, secara utama berusaha menggoyang pemilu dengan menyebarkan 'pengaruh buruk' lewat media sosial, koran nasional, dan sejumlah proxy atau kaki tangan rezim pemerintah.

Pernyataan Wray tersebut disampaikan setelah pada 7 Agustus direktur Pusat Keamanan dan Kontra-intelijen AS menyebutkan bahwa Rusia, China, dan Iran terus berusaha ikut campur dalam pilpres AS tanggal 3 November nanti.

Khusus perihal China, Wray menyatakan bahwa FBI melihat upaya intens dari pemerintahan China untuk mencuri teknologi buatan AS dan informasi penting lainnya, sampai-sampai badan intelijen tersebut terus melakukan evaluasi kontra-intelijen terhadap China "setiap 10 jam sekali", seperti dilansir The Guardian.

Upaya ikut campur pihak asing atas urusan domestik AS dianggap menjadi penentu kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden tahun 2016.

Di dalam AS sendiri, Presiden Trump secara konsisten menebar klaim tak berdasar cara penggunaan hak suara melalui pos (mail-in ballots) mudah disalahgunakan. Twitter, platform media sosial favorit Trump, bahkan sampai harus melabeli salah satu cuitan sang presiden karena dianggap terlalu bisa memperbanyak kecurangan dalam pemilu nanti.

Rekomendasi