Tim Dokter Bangkitkan Pendaki Gunung yang Sudah Meninggal Selama 45 Menit

| 15 Nov 2020 18:11
Tim Dokter Bangkitkan Pendaki Gunung yang Sudah Meninggal Selama 45 Menit
Ilustrasi: tim dokter di unit gawat darurat. (Foto: JC Gellidon)

ERA.id - Tim dokter Unit Gawat Darurat membangkitkan lagi seorang pendaki gunung yang jantungnya telah berhenti berdetak selama 45 menit.

Peristiwa menakjubkan ini pertama kali diberitakan oleh koran The Seattle Times. Di situ disebutkan seorang pria 45 tahun bernama Michael Knapinski dari daerah Woodinville, Seattle, Amerika Serikat, sempat menghilang di tengah salju Gunung Rainier. Ia kemudian berhasil ditemukan dan langsung diterbangkan menggunakan helikopter pada hari Minggu (8/11/2020), namun meninggal saat tiba di unit gawat darurat.

Jantung Knapinski masih berdetak lemah saat sampai ke rumah sakit, namun, tak berapa lama kemudian berhenti, kata Dr. Jenelle Badulak, dokter pertama yang merawat sang pendaki.

"Ia meninggal saat berada di dalam ruang gawat darurat. Hal ini menjadi kesempatan langka bagi kami untuk mencoba menyelamatkan nyawanya dengan cara mengambil-alih fungsi jantung dan paru-parunya. Alat ini menjadi alat medis penopang kehidupan paling mutakhir di dunia," kata Badulak.

Tim medis melakukan prosedur CPR, atau kompresi dada, dan menyambungkan tubuh Knapinski pada mesin extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) yang menyedot darah keluar dari tubuhnya menuju mesin pengganti fungsi jantung-paru-paru yang lantas menyaring karbon dioksida dalam darah. Darah yang sudah segar lalu dimasukkan lagi ke dalam tubuhnya.

Jantung Knapinski dikabarkan berhenti berdetak selama 45 menit. Namun setelah prosedur yang dijalankan tim dokter, para perawat berjaga semalaman untuk memastikan bahwa Knapinski kembali stabil.

Dua hari kemudian, Knapinski siuman. Seorang perawat bernama Whitney Holen berada di samping sang pendaki. Ia mengatakan bahwa hal pertama yang diinginkan Knapinski saat itu adalah menelepon keluarganya.

"Ia menangis, dan mereka (keluarganya) juga menangis. Saya yakin, saya pun ikut menangis," kata Holen.

"Hal inilah yang mengingatkan saya kenapa saya bekerja sebagai perawat. Inilah kenapa saya bekerja hingga lembur, hingga harus jauh dari keluarga saya. Inilah kenapa kami bertahan di sini."

Selama sepekan, Knapinski masih mengalami beberapa masalah pada jantung, ginjal, serta bagian tubuh yang mengalami frostbite. Namun, dokter meyakini bahwa ia akan baik-baik saja.

Gunung Rainier, Seattle
Gunung Rainier, atau biasa disebut Tahoma atau Tacoma, adalah gunung berapi aktif yang terletak 94 kilometer arah barat daya kota Seattle, Washington, Amerika Serikat. (Foto: Samuel Han/Unsplash)

Saat menceritakan peristiwa sebelum ia jatuh tak sadarkan diri, Knapinski mengaku sedang mendaki Gunung Rainier yang bersalju bersama seorang temannya. Sementara sang teman memutuskan untuk meluncur di papan ski-nya, Knapinski memilih untuk mendaki ke titik lain bernama Paradise. Namun, ketika ia sudah hampir mencapai ujung pendakian, mendadak terjadi guguran salju dan ia tak bisa melihat apa-apa.  Satu hal terakhir yang ia ingat adalah berjalan dengan susah payah dalam guyuran salju.

"Saya tak yakin tentang apa yang terjadi. Saya rasa saya jatuh," kata dia, saat berbicara via telepon untuk koran the Seattle Times.

Kawan Knapinski malam itu juga langsung melaporkan bahwa ia hilang. Pencarian pun dilakukan oleh tiga tim National Park Service hingga Minggu dini hari ketika suhu selama musim dingin telah anjlok hingga ke suhu -8,9C, namun, Knapinski masih belum ditemukan. Baru ketika pencarian dilanjutkan menggunakan helikopter Angkatan Laut AS di siang hari, tim menemukan tubuh Knapinski di salah satu bagian Sungai Nisqually.

Knapinski mengaku kesadarannya masih sedikit terganggu, namun, ia merasa bersemangat. Ia mengaku pernah bekerja sebagai relawan di layanan dapur umum di Seattle serta membangun rumah tinggal untuk anak yatim-piatu di Redmond.

"Dan segera setelah fisik saya pulih, saya akan menjalani panggilan hidup saya," kata dia. "Saya akan menyerahkan hidup saya untuk membantu orang lain."

Ia mengaku masih "terkejut dan takjub" karena para petugas medis "tak menyerah pada nasib saya. Mereka terus berupaya menyelamatkan nyawa saya."

"Saya berutang budi pada jutaan orang,"" kata dia.

Rekomendasi