ERA.id - Pada Selasa (8/12/2020), ribuan warga Inggris telah menerima imunisasi COVID-19 lewat vaksin Pfizer yang telah mendapat persetujuan penuh dari badan pengawas obat Inggris dan teruji secara klinis. Sebagian besar penerima suntikan vaksin mengaku hanya merasakan efek samping minimal.
Namun, dua orang tenaga kesehatan yang punya riwayat alergi serius mengalami reaksi alergi setelah disuntik vaksin tersebut, seperti dilaporkan koran the New York Times mengutip regulator obat di Inggris, Rabu lalu. Selagi investigasi terhadap insiden itu masih dilangsungkan, regulator yang sama telah meminta warga Inggris dengan riwayat alergi serius untuk sementara tidak ikut progran vaksinasi Pfizer-BioNtech.
Para peneliti mengatakan bahwa kebanyakan orang tak akan terdampak oleh anjuran tersebut dan tetap bisa menerima vaksinasi COVID-19 dengan aman. Mereka juga mengatakan bahwa vaksin yang masih baru memang sulit memproteksi seseorang yang memiliki alergi langka.
Layanan Kesehatan Nasional Inggris mengatakan bahwa kedua tenaga kesehatan segera pulih setelah dirawat atas gejala medis bernama anaphylactoid yang terjadi segera setelah penyuntikan.
Margaret Keenan, 90, was the 1st person in the world to get Pfizer's #COVID19 vaccine: "I say go for it, go for it because it's free."
The UK plans 4M doses of the vaccine — still considered experimental — this month, prioritizing care homes, people over 80 and health workers. pic.twitter.com/dMseBpuZkN
— AJ+ (@ajplus) December 8, 2020
Regulator kesehatan mengatakan bahwa reaksi itu "disebabkan oleh penyuntikan" vaksin, namun, mereka tidak merinci gejala yang dialami dan perawatan yang dijalankan.
"Kami tahu dari hasil uji-uji klinis berskala besar bahwa (insiden) ini jarang terjadi," kata Dr. June Raine, kepala Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency, pada Rabu lalu.
Regulator kesehatan di Inggris saat ini menyelidiki dua insiden pada Selasa lalu. Proses ini bakal meninjau apakah reaksi yang dialami dua tenaga kesehatan di atas diakibatkan oleh vaksin atau hal lainnya.
Para regulator mengatakan bakal merilis hasil temuan mereka ketika proses telah selesai.
Seperti disampaikan Institute for Vaccine Safety dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, reaksi alergi terhadap vaksin sangat langka terjadi. Reaksi anaphylactic, salah satu reaksi yang paling serius, kira-kira hanya terjadi sekali untuk setiap 100.000 hingga 1.000.000 dosis vaksin.
Penelitian tahun 2015 yang disokong oleh CDC AS menemukan 33 insiden reaksi alergi terhadap vaksin di antara 25 juta kali pemberian vaksin. Dengan ini tingkat kejadian insiden alergi hanya 1,3 kasus di setiap sejuta pemberian vaksin.