ERA.id - Analisis final dari uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 Pfizer menunjukkan bahwa vaksin tersebut 95 persen efektif menghalau infeksi virus korona baru dan tidak menyebabkan efek samping serius apapun.
Berdasarkan Pfizer yang dilansir CNN, Rabu (18/11/2020), total ada 170 kasus infeksi COVID-19 di antara relawan uji klinis yang berhasil dianalisa. Hasilnya, 162 infeksi terjadi di kalangan relawan penerima plasebo, atau suntikan larutan garam biasa, sementara hanya 8 orang pasien COVID-19 dari kelompok relawan penerima vaksin. Dengan begitu tingkat efikasi vaksin yang diuji mencapai 95 persen.
Data yang dirilis Pfizer pada Rabu menunjukkan klaim semula, bahwa vaksin COVID-19 mereka punya efektivitas lebih dari 90 persen, berhasil mereka pertahankan.
"Efikasi (kemujaraban) konsisten di berbagai tingkatan umur, jenis ras, dan etnisitas. Efikasi di kalangan orang dewasa berusia di atas 65 tahun mencapai 94 persen," sebut Pfizer dan BioNTech, perusahaan mitra asal Jerman, dalam pernyataan mereka.
"Ada 10 infeksi COVID-19 parah di kalangan relawan. Sembilan di antaranya terjadi di kalangan relawan penerima plasebo, dan satu kasus di kelompok yang diberi vaksin BNT162b2." BNT162b2 sendiri merupakan nama eksperimental dari vaksin mRNA buatan Pfizer/BioNTech ini.
Hingga kini satu grup independen masih terus mengamati hasil uji klinis. Namun, sejauh ini "tak ada masalah keamanan" terhadap suntikan vaksin tersebut.
Berdasarkan pemaparan kedua perusahaan, keluhan tingkat berat yang dialami sejumlah kecil relawan adalah sakit kepala. Relawan dewasa juga lebih jarang mengeluhkan efek samping, atau, bila ada, keluhannya bersifat ringan.
Pfizer dan BioNTech memproyeksikan produksi vaksin COVID-19 sejumlah 50 juta dosis pada tahun 2020. Angka ini meningkat menjadi 1,3 miliar dosisi pada tahun 2021. Saat ini Pfizer memiliki tiga pabrik pembuatan vaksin di St Louis, Kalamazoo, dan Andover, ditambah satu lagi pabrik di Puurs, Belgia. Sementara itu, pabrik BioNTech di Jerman kabarnya juga sudah disiapkan untuk meningkatkan tingkat pasokan global.
Menyikapi kekhawatiran soal tantangan logistik penyimpanan vaksin Pfizer yang perlu disimpan di suhu -75C, atau jauh di bawah kapasitas freezer pasaran, Pfizer mengaku telah memiliki solusi. Seluruh vaksin rencananya akan diedarkan menggunakan kantung dry ice yang membantu menjaga temperatur vaksin.
"Pfizer yakin bahwa pengalaman, keahlian, dan infrastruktur rantai pasok dingin kami sanggup memasok vaksin ini ke seluruh dunia," kata mereka.
Pfizer mengatakan akan mendaftarkan vaksin COVID-19 mereka ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat "dalam beberapa hari ke depan." Mereka juga berencana mengurus surat perijinan di badan-badan regulator lain di seluruh dunia serta merilis data uji klinis di jurnal saintifik.