ERA.id - Niger, negara kecil di Afrika Barat, mendeklarasikan tiga hari masa berkabung nasional menyusul dibunuhnya 100 warga sipil yang tinggal di dua desa di kawasan barat negara tersebut. Aksi pembunuhan sendiri dilakukan oleh milisi Islam yang sering melancarkan serangan berdarah di negeri itu, demikian dilaporkan Reuters, Selasa (5/1/2021).
Pemerintah Niger menyatakan telah memulai investigasi untuk menemukan pelaku pembunuhan.
Saksi-saksi mata menyebutkan bahwa pada Sabtu lalu ratusan pengendara motor mengepung dua desa dan mulai menembaki orang-orang secara membabi buta.
Pemerintah menyatakan telah mengirim pasukan pengamanan ke area Liptako-Gourma yang merupakan perbatasan antara Niger, Burkina Faso, dan Mali. Laporan Reuters menyebut pemerintahan daerah tersebut kerap kali mengalami serangan dari milisi yang terhubung ke jaringan al Qaeda dan Negara Islam.
Serangan ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem pengamanan di kawasan Sahel di Afrika Barat, dan khususnya di Niger, menjelang pemilihan presiden setempat pada 21 Februari.
Aksi pembunuhan pada akhir pekan lalu merupakan yang terburuk dalam sejarah Niger. Peristiwa itu memaksa warga di empat desa sekitar untuk melarikan diri, seperti disampaikan organisasi pemerhati isu pengungsi PBB (UNRA) lewat sebuah pernyataan tertulis, Senin.
Setidaknya ada 1.000 orang yang kini berusaha pergi, kebanyakan dengan berjalan kaki, dari daerah tersebut menuju Kota Ouallam yang jaraknya 80 km dari kampung mereka, sebut UNRA.
UNRA menyebutkan bahwa Niger, Burkina Faso, dan Mali merupakan salah satu episentrum dunia perihal arus warga yang harus pindah untuk menghindari krisis keamanan. Daerah tersebut memaksa 851.000 warga mengungsi, dan 2 juta warga kehilangan tempat tinggal, demikian sebut UNRA.