Minta Disanjung, Buku Harun Yahya Malah Dicap 'Busuk' oleh Ilmuwan AS

| 12 Jan 2021 19:05
Minta Disanjung, Buku Harun Yahya Malah Dicap 'Busuk' oleh Ilmuwan AS
Ilustrasi: Buku 'Atlas of Creation' (2007) yang ditulis atas nama Harun Yahya. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Sosok Adnan Oktar, alias Harun Yahya, sempat menimbulkan sensasi di kalangan ilmuwan Amerika Serikat ketika ia mengirimkan bukunya, the Atlas of Creation (2007), ke sejumlah ilmuwan, anggota DPR AS, dan museum-museum sains.

Melansir koran New York Times, pada 17 Juli 2007 koran tersebut merilis sebuah artikel mengenai sosok Harun Yahya: "(penceramah) yang menyebut teori evolusi sebagai tipu muslihat".

Ia dikabarkan telah mengirimkan buku Atlas of Creation, buku dengan sampul warna merah setebal hampir 800 halaman, ke banyak tokoh sains dan politik Negeri Paman Sam.Lewat buku itu, ia coba menyanggah teori evolusi Darwin dengan teori penciptaan.

Buku Atlas of Creation
Buku "Atlas of Creation" (2007). (Wikimedia Commons)

Harun Yahya sendiri menyebut teori Darwin sebagai ideologi yang lemah dan melawan ajaran al-Quran.

Amerika Serikat bukannya tak pernah menemui kaum fundamentalis. Di tahun 2007, demikian disampaikan New York Times, ada sebagian masyarakat yang kurang setuju bila teori evolusi diajarkan di kelas. Sentimen ini juga didasarkan pada keyakinan agama, yang biasanya ditunjukkan oleh kaum fundamentalis Protestan.

Kemunculan Harun Yahya, si penceramah Muslim asal Turki, pun menambah 'alternatif' fundamentalisme bercorak relijius.

Namun, buku Atlas of Creation dan keyakinan Harun Yahya tak bisa disepadankan dengan kaum teori penciptaan ("creationism") yang menyebut bahwa Bumi ini hanya berumur ribuan tahun.

Halaman-halaman buku tersebut justru menyuguhkan argumen lewat foto-foto fosil tumbuhan, serangga, dan binatang lain, yang menunjukkan kesamaan dengan mahkluk hidup yang masih hidup saat ini. Dengan begitu, Harun Yahya menyodorkan argumen bahwa evolusi tidak pernah terjadi dan hanya suatu kebohongan.

Di tahun 2007 itu, buku Harun Yahya telah lebih dahulu menarik perhatian para ilmuwan karena versi terjemahan Bahasa Prancisnya sempat muncul di rak-rak buku perpustakaan SMA, universitas, hingga sejumlah museum di Prancis.

Armand de Ricqles, profesor bidang sejarah biologi dan evolusi di College de France, mengatakan bahwa kala itu literatur tentang teori penciptaan masih jarang ditemui di Prancis. Para ilmuwan pun menolak klaim-klaim di buku Harun Yahya, dan setelah didesak, otoritas pendidikan Prancis lantas mengeluarkan buku Atlas of Creation dari daftar bacaan anak-anak SMA di Prancis.

Di kalangan para ilmuwan sendiri buku Harun Yahya tidak menyodorkan sanggahan yang berarti atas teori evolusi sebagai penjelasan kompleksitas dan keberagaman makhluk hidup di Bumi.

Masyarakat AS kabarnya juga tak terlalu gaduh dengan kemunculan buku Harun Yahya.

"Negara kami sudah terbiasa dengan omong kosong semacam ini," kata Kevin Padian, seorang pakar biologi evolusioner dari University of California, Berkeley, yang turut mendapatkan kiriman buku tersebut.

"(Mereka yang menerima buku ini) pada umumnya hanya terkagum dengan ukurannya dan nilai produksinya, dan juga terpana tentang isi buku yang semata-mata omong kosong."

Sosok Harun Yahya baru-baru ini dinyatakan bersalah atas sejumlah tuduhan pelecehan seksual. Di umur 64 tahun, pria ini telah ditahan sejak 2018 atas lebih dari 200 tuduhan kriminal mencakup kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur, penggelapan uang, hingga upaya spionase politik dan militer.

Pengadilan Turki telah memutuskan hukuman 1.075 tahun penjara pada Harun atas tuduhan-tuduhan di atas, demikian disampaikan The Guardian, Senin (11/1/2021).

Rekomendasi