ERA.id - Kepala badan pengawas nuklir dari PBB memastikan bahwa Iran telah bersedia melanjutkan proses verifikasi dan pengawasan terhadap pengayaan nuklir mereka ketika pada Selasa, (23/2/2021), Teheran bakal menutup akses ke pengawas dan menghentikan proses inspeksi internasional.
Dilansir Al Jazeera, pernyataan ini disebutkan oleh Rafael Grossi, kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di bandara Vienna, Austria, pada Minggu. Kepada para reporter, Grossi mengaku negosiasinya dengan pejabat Iran telah menghasilkan "kesimpulan yang baik dan masuk akal" dan "menyelamatkan keadaan setidaknya untuk saat ini."
"Kami meraih kesepakatan teknis bilateral di mana organisasi kami akan tetap melakukan verifikasi dan pengawasan hingga tiga bulan ke depan," kata Grossi.
Namun, akses IAEA ke Iran hanya akan sebatas menjaga hasil Kesepakatan Non-Pengayaan nuklir. Lewat sebuah pernyataan, Organisasi Energi Atom Iran mengatakan bahwa Protokol Penambahan ('Additional Protocol') dan IAEA tidak akan lagi punya akses ke situs pengayaan nuklir Iran mulai Selasa.
Pihak Iran sendiri yang nantinya akan merekam informasi dalam peralatan inspeksi nuklir selama 3 bulan ke depan.
"Jika sanksi (terhadap Iran) sepenuhnya dicabut dalam waktu tiga bulan, Iran akan memberikan informasi ini kepada (IAEA). Jika tidak, informasi itu akan dihapus untuk selamanya," sebut pernyataan tersebut.
Kedatangan Grossi ke Iran terjadi sebelum tanggal 23 Februari, yaitu tenggat waktu dari Iran bila Presiden AS Joe Biden benar-benar serius ingin mencabut sanksi ekonomi yang dijatuhkan presiden AS terdahulu, Donald Trump. Bila hingga Selasa belum ada kesepakatan, Teheran akan memutus akses bagi IAEA.
Grossi mengatakan bahwa mulai Selasa sejumlah pengawas IAEA masih akan tetap ada di Iran, namun, "ada hal-hal yang tak lagi bisa kami lakukan".
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif sebelumnya berkata bahwa pemutusan akses bagi IAEA nantinya juga termasuk pemadaman kamera pengawas di situs nuklir Iran.
Sejumlah pengamat melihat kesepakatan IAEA dan Iran membantu proses diplomatik tetap berjalan meski Iran bakal menutup diri terkait program nuklirnya mulai Selasa nanti.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, waktu tiga bulan bisa menjadi jendela diplomatik bagi AS dan Iran yang negosiasinya tengah macet. Selama beberapa pekan kedua negara tak kunjung sepakat mengenai masa depan Kesepakatan Nuklir 2015.
Iran sendiri setuju untuk mengakhiri program nuklir jika sanksi ekonomi terhadap negara mereka dicabut. Namun, Teheran dan Washington masih saling tunggu siapa yang akan membuat langkah pertama kembali ke kesepakatan tersebut.
Sementara, Ali Vaez, direktur Iran Project dari International Crisis Group, mengapresiasi pengumuman IAEA pada hari Minggu. Ia menyebut organisasi PBB tersebut "terbukti menjadi satu-satunya pihak yang bersikap dewasa."
"Kita berharap Iran & AS belajar untuk lebih fleksibel dan kreatif dalam meraih tujuan bersama mereka dalam menghidupkan lagi JCPOA," cuit Vaez via Twitter, mengutip nama kesepakatan nuklir Iran tersebut.
Trita Parsi, wakil presiden eksekutif dari Quincy Institute for Responsible Statecraft, sebuah organisasi think-tank di AS, menyebut kesepakatan IAEA "membuat krisis bisa dihindarkan" karena undang-undang Iran tetap bisa diterapkan tanpa memutus hubungan diplomatik.