Saling Bantai di Penjara Ekuador, 60 Napi Narkoba Tewas Mengenaskan

| 24 Feb 2021 11:32
Saling Bantai di Penjara Ekuador, 60 Napi Narkoba Tewas Mengenaskan
Ilustrasi: Sebuah ruangan di pusat detensi. (Foto: Umanoide/Unsplash)

ERA.id - Lebih dari 60 narapidana tewas, Selasa, (23/2/2021), menyusul kericuhan di penjara-penjara di Ekuador antara kartel narkoba yang berusaha menguasai bisnis kokain di negara tersebut.

Kericuhan terjadi di tiga penjara berbeda, pada Selasa pagi, dan berjalan seakan telah direncanakan sebelumnya, demikian dilaporkan New York Times berdasarkan pernyataan polisi. Aksi perselisihan berdarah ini baru berhasil ditanggulangi pada siang hari.

Video yang telah dibagikan di platform daring menunjukkan banyak korban dalam kondisi kepala terpenggal, atau kaki hingga lengan yang terpotong, sehingga menimbulkan syok bagi masyarakat Ekuador di mana aksi pembantaian jarang terjadi.

"Negara ini tak pernah membayangkan bakal menyaksikan kejadian seperti ini," kata Ricardo Camacho, mantan pemimpin sistem penjara di Ekuador, dikutip New York Times. "Ini adalah sebuah tragedi, suatu kejutan besar."

Pemerintah Ekuador pada Selasa langsung menyatakan bahwa pembantaian tersebut terhubung ke aktivitas dua rival kartel narkoba.

Pada Desember, kepala geng Los Choneros dibunuh di sebuah pusat perbelanjaan kota Manta, suatu area pelabuhan yang tengah menjadi pusat peredaran kokain di Amerika Tengah.

Pada Selasa lalu, perselisihan berlanjut di penjara ketika anggota Los Choneros membalas dendam atas kematian pemimpin mereka, jelas Jenderal Edmundo Moncayo, kepala sistem penjara Ekuador saat ini. Namun, sejumlah korban tewas sebenarnya tak terhubung dengan kelompok geng narkoba, namun, terlanjur terperangkap dalam rentetan pembantaian itu.

Jenderal Moncayo mengatakan tujuan lain mereka adalah mengambil alih kendali kriminal di rumah tahanan tersebut.

Ekuador sendiri bukan negara penghasil koka terbesar. Namun, posisi mereka dikelilingi Kolombia dan Peru yang produksi kokanya cukup tinggi.

Pedagang kokain Kolombia dan penyelundup telah lama menggunakan teritori Ekuador untuk menjalankan operasinya, dan telah mengalihkan ekspor koka mereka ke negara-negara tetangga seiring makin ketatnya pengawasan di pelabuhan dan bandara Kolombia.

Aksi kekerasan di penjara Ekuador sendiri semakin menjadi tren selama tiga tahun belakangan, seiring makin tipisnya anggaran di pusat-pusat detensi negara tersebut, seperti disampaikan Daniela Ona, peneliti HAM di penjara-penjara Ekuador.

"Ini masalah multidimensi," kata Ona.

Pada Desember lalu, lima narapidana tewas dalam perkelahian antar anggota geng narkoba di dalam penjara, lapor New York Times. Sementara di tahun 2019, dua puluhan napi meninggal di Ekuador akibat suatu aksi pembantaian, dengan 2 orang korban tewas terbakar hidup-hidup.

Rekomendasi