Diduga Masukkan 'Data Lama', Tingkat Efikasi AstraZeneca Dipertanyakan

| 23 Mar 2021 15:34
Diduga Masukkan 'Data Lama', Tingkat Efikasi AstraZeneca Dipertanyakan
Botol vaksin COVID-19 Oxford/AstraZeneca. (REUTERS/YVES HERMAN)

ERA.id - Produsen obat asal Inggris AstraZeneca mungkin telah memberikan pandangan yang tidak lengkap atas data keampuhan vaksin COVID-19 buatannya berdasarkan uji klinis skala besar di Amerika Serikat, demikian sebut Institut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAID), Selasa, (23/3/2021).

AstraZeneca sehari sebelumnya mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatannya, yang dikembangkan bersama Universitas Oxford, 79 persen ampuh dalam mencegah gejala infeksi virus corona dalam uji coba berskala besar di Chile, Peru dan AS.

Melansir ANTARA, Dewan Pengawas Keamanan Data (DSMB) "menyampaikan keprihatinannya bahwa AstraZeneca bisa saja sudah memasukkan informasi lama dari uji klinis itu, yang mungkin telah menyertakan pandangan tidak lengkap mengenai data kemanjuran," kata NIAID dalam sebuah pernyataan.

"Kami mendesak perusahaan terkait agar bekerja sama dengan DSMB guna meninjau data kemanjuran sekaligus memastikan data kemanjuran terbaru yang paling akurat dipublikasikan segera mungkin."

AstraZeneca belum memberikan keterangan terhadap hal ini, sebut Reuters.

Otorisasi dan panduan penggunaan vaksin AstraZeneca di AS bakal ditentukan melalui evaluasi data secara menyeluruh oleh komite penasihat independen, tambah pernyataan tersebut.

Posisi AstraZeneca, yang sempat diunggulkan tahun lalu sebagai satu satu kandidat vaksin paling mumpuni terhadap COVID-19, kini tengah dibayangi sejumlah keraguan terkait kemanjurannya, pilihan dosis, dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkannya.

Awal Maret ini sejumlah negara di Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, menghentikan sementara setelah muncul laporan insiden penggumpalan darah di sejumlah kecil penerima vaksin corona ini.

Namun, hasil uji klinis di Amerika Serikat, yang belum selesai diteliti oleh para ilmuwan independen, tidak memuat satu pun bukti munculnya insiden penggumpalan darah di kalangan penerima, kata Anthony Fauci, kepala NIAID sekaligus penasihat medis utama Presiden Joe Biden, Senin.

Evaluasi uji klinis vaksin AstraZeneca ini didasarkan dari 141 kasus infeksi dari kalangan 32.449 partisipan pengujian.

Rekomendasi