Efek Mencampur Dua Vaksin COVID-19 Diteliti Lebih Lanjut di Inggris

| 15 Apr 2021 22:30
Efek Mencampur Dua Vaksin COVID-19 Diteliti Lebih Lanjut di Inggris
Penelitian di Inggris, berjudul 'Com-Cov study', mempelajari apakah campuran dua merek vaksin COVID-19 berbeda bisa memicu imunitas yang lebih bertahan lama. (Foto: ANTARA)

ERA.id - Penelitian di Inggris, 'Com-Cov study', yang meninjau keamanan pencampuran dua jenis vaksin COVID-19, bakal diperluas dengan mengikutkan sejumlah merek vaksin.

Melansir The Guardian, (14/4/2021), penelitian yang dimulai pada Februari untuk meninjau 'pencampuran' dosis vaksin AstraZeneca/Oxford dengan Pfizer/BioNTech di dosis pertama atau kedua, kini bakal mengikutkan produk vaksin corona yang dibuat oleh Moderna atau Novavax.

Aspek yang diteliti para ilmuwan adalah soal apakah mencampurkan dua vaksin yang berbeda - merek A di dosis pertama, merek B di dosis kedua - bakal memberikan imunitas yang lebih luas dan bertahan lama terhadap virus corona dan varian barunya. Metode ini juga akan ditinjau terkait sejauh apa penyaluran vaksin menjadi lebih fleksibel.

"Fokus dari penelitian Com-Cov dan penelitian yang sekarang ini adalah untuk mencoba apakah vaksin corona yang banyak tersedia sekarang bisa digunakan dengan lebih fleksibel, dengan memadukan vaksin lain di suntikan pertama atau kedua," sebut Matthew Snape, asisten profesor kesehatan anak dan pakar vaksinasi di Universitas Oxford, sekaligus pengawas utama dalam uji coba ini.

"Jika ternyata perpaduan itu bisa menimbulkan respon imun yang sama baiknya dengan vaksinasi standar, dan tanpa menimbulkan terlalu banyak reaksi dari tubuh, hal ini bisa membuat seseorang lebih cepat menyelesaikan vaksinasi."

"Hal ini juga membuat sistem lebih resilien ketika ketersediaan suatu vaksin sedang menurun."

Dari laporan The Guardian diketahui bahwa para volunter, yang bakal disuntik vaksin AstraZeneca atau Pfizer, bakal secara acak diberikan suntikan kedua dari produk yang sama, atau dari produk Moderna atau Novavax.

Keenam produk vaksin yang diuji coba bakal mengikutkan 175 kandidat relawan, sehingga total ada 1.050 relawan dalam program uji coba ini. Para ilmuwan akan meninjau reaksi efek samping dari campuran vaksin, dan bagaimana sistem imun tubuh merespon kombinasi tersebut.

Jika hasil penelitian ini menjanjikan, dua badan pengawas di Inggris - Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) dan Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI) - bakal mulai menganalisa keamanan dan kemanjuran kombinasi vaksin tersebut, sebelum akhirnya hal ini diberikan pada pasien.

Snape berharap hasil peninjauan kedua regulator bisa dirilis pada Juni atau Juli. Sementara, hasil penelitian program uji coba bisa diketahui bulan depan.

Rekomendasi